Wednesday, 3 April 2019

Resensi Buku : Bob Sadino : Mereka Bilang Saya Gila


 BOB SADINO
Mereka Bilang Saya Gila

Bob Sadino adalah wiraswastawan sukses di bidang agribisnis yang  unik. Jika dilihat dari riwayat hidupnya, Bob Sadino berasal dari keluarga kaya raya. Bob sempat tinggal di Hamburg dan Amsterdam selama kurang lebih 9 tahun. Pada masa puncak kejayaannya sebagai orang kaya, Bob berpikir untuk meninggalkan pekerjaannya tersebut. Ia merasa ingin menjadi orang miskin dan memulai segalanya dari nol. Alasan Bob melakukan ini karena merasa bosan menjadi orang kaya dan ingin mendapatkan kebebasan dengan tidak menjadi karyawan
Dari kehidupan yang serba berkecukupan hingga menjadi miskin adalah hal yang baru dalam hidup Bob. Bob harus berusaha keras mencari uang supaya ia dan keluarganya tetap bisa makan. Kakak-kakaknya sempat menawarinya bantuan dan rela memberikan apapun yang Bob inginkan. Namun, Bob menolak segala bentuk belas kasihan dari saudara-saudaranya. Ia yakin masih bisa mengatasi semuanya sendiri. “Satu-satunya bantuan yang bisa kalian lakukan adalah jangan bantu saya!”, ujar Bob secara tegas meyakinkan saudara-saudaranya.
Karena desakan kemiskinan, Bob tidak ada pilihan lain selain memulai wiraswasta untuk menyambung hidup. Saat itu, Bob melihat peluang pasar yaitu perbedaan telur ayam lokal dan telur ayam layer (negeri). Ia juga melihat peluang untuk menjual telur-telur tersebut kepada kaum ekspatriat yang tinggal di sekitar tempat tinggal Bob di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Akhirnya, Bob meminta bantuan salah seorang temannya di Belanda untuk mengiriminya anak-anak ayam petelur dan ayam broiler serta kumpulan majalah bertema serupa terbitan Belanda. Tanpa bekal ilmu sama sekali, Bob benar-benar memulai usahanya dari bawah. Bob juga mendapat kiriman majalah-majalah kejuruan terbitan Belanda untuk mempermudah dirinya dalam menekuni usaha tersebut.
Wiraswasta adalah spontanitas
Bob selalu menyatakan bahwa ia melakukan segala sesuatu secara spontan. Terlebih lagi pada kondisinya yang miskin serta tidak bertitel sarjana. Rupanya Bob pernah beberapa bulan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan mengundurkan diri dari perkuliahan. Bob hanya melihat peluang ketika dirinya tidak memiliki pilihan lain selain wiraswasta. Terlebih lagi, Bob tidak memiliki rencana terlebih dahulu dalam menjalani usahanya. Semua dilakukan dengan bertindak cepat.
Pada suatu perbincangan, Bob menyatakan bahwa ia ingin berwiraswasta untuk mencari rugi. Bob menyadari bahwa dalam dunia wiraswasta pasti dipenuhi dengan risiko. Orang yang ingin terjun ke dalam dunia wiraswasta harus siap dengan berbagai macam risiko dan kegagalan. Tidak ada dalam sebuah usaha yang selamanya untung. Pasti ada kalanya merugi. Pernah pada suatu ketika Bob melihat peluang pasar di luar negeri yaitu olahan buah-buahan kripik buah. Ketika Bob mengekspor produknya ke luar neger, ternyata produknya tersebut tidak sampai di luar negeri dan menyebabkan dirinya merugi milyaran rupiah. Tapi, Bob menikmati semua proses usahanya dengan baik. Ia tetap berjalan pantang menyerah pada bisnisnya.
Kebanyakan orang membuat rencana untuk memulai bisnis wiraswasta untuk meminimalisir risiko sekecil mungkin. Namun yang terjadi adalah mereka terlalu sibuk membuat rencana dan tak kunjung melangkah untuk memulai usaha. Inilah yang disayangkan Bob ketika ada segelintir orang yang ingin berwiraswasta tapi masih takut dengan risiko dan kegagalan.

Fase Belajar ala Bob Sadino
Bob Sadino membuat prinsip kehidupan berwiraswasta dengan sebutan Roda Bob Sadino. Roda ini dibagi menjadi empat bagian dengan masing-masing bagian secara urut berisi kuadran TAHU, BISA, AHLI, dan TERAMPIL.
Bagian pertama adalah kuadran TAHU. Kuadran TAHU berisi orang-orang yang sedang menempuh pendidikan baik di bangku sekolah atau perguruan tinggi. Orang-orang pada kuadran ini biasanya memiliki pemikiran yang terstruktur dan belajar berdasarkan teori-teori tanpa praktik. Contohnya adalah orang yang belajar teori dasar menembak. Ia tahu teori-teori menembak tanpa pernah memegang pistol.
Bagian kedua adalah kuadran BISA atau kadang disebut kuadran JALANAN. Kuadran ini berisi orang-orang yang dapat mempraktikkan suatu ilmu dengan baik. Orang-orang dari kuadran BISA belajar dan pengalaman nyata yang sudah mereka alami dalam mengerjakan suatu hal. Orang-orang di kuadran BISA biasanya adalah masyarakat biasa yang tidak sempat menempuh Pendidikan tinggi. Contohnya adalah tukang bangunan yang dapat menyusun paving di jalanan.
Bagian ketiga adalah kuadran AHLI. Kuadran AHLI berisi orang-orang yang sudah berpengalaman di bidangnya. Mereka sudah ditempa dan belajar di kuadran BISA. Orang-orang yang berada di kuadran AHLI ini sudah dapat melakukan pekerjaannya secara professional.
Bagian terakhir adalah kuadran TERAMPIL. Kuadran ini diisi oleh orang-orang yang menekuni suatu bidang selama kurang lebih 30 sampai 40 tahun. Orang-orang dalam kuadran TERAMPIL sudah mencicipi banyak sekali kegagalan dari bidang yang selama ini ia tekuni.

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Young Inspirer | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com