BOB SADINO
Mereka Bilang Saya Gila
Bob
Sadino adalah wiraswastawan sukses di bidang agribisnis yang unik. Jika dilihat dari riwayat hidupnya, Bob
Sadino berasal dari keluarga kaya raya. Bob sempat tinggal di Hamburg dan
Amsterdam selama kurang lebih 9 tahun. Pada masa puncak kejayaannya sebagai
orang kaya, Bob berpikir untuk meninggalkan pekerjaannya tersebut. Ia merasa
ingin menjadi orang miskin dan memulai segalanya dari nol. Alasan Bob melakukan
ini karena merasa bosan menjadi orang kaya dan ingin mendapatkan kebebasan
dengan tidak menjadi karyawan
Dari
kehidupan yang serba berkecukupan hingga menjadi miskin adalah hal yang baru
dalam hidup Bob. Bob harus berusaha keras mencari uang supaya ia dan
keluarganya tetap bisa makan. Kakak-kakaknya sempat menawarinya bantuan dan
rela memberikan apapun yang Bob inginkan. Namun, Bob menolak segala bentuk
belas kasihan dari saudara-saudaranya. Ia yakin masih bisa mengatasi semuanya
sendiri. “Satu-satunya bantuan yang bisa kalian lakukan adalah jangan bantu saya!”,
ujar Bob secara tegas meyakinkan saudara-saudaranya.
Karena
desakan kemiskinan, Bob tidak ada pilihan lain selain memulai wiraswasta untuk
menyambung hidup. Saat itu, Bob melihat peluang pasar yaitu perbedaan telur
ayam lokal dan telur ayam layer (negeri). Ia juga melihat peluang
untuk menjual telur-telur tersebut kepada kaum ekspatriat yang tinggal di
sekitar tempat tinggal Bob di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Akhirnya, Bob
meminta bantuan salah seorang temannya di Belanda untuk mengiriminya anak-anak
ayam petelur dan ayam broiler serta kumpulan majalah bertema serupa terbitan
Belanda. Tanpa bekal ilmu sama sekali, Bob benar-benar memulai usahanya dari
bawah. Bob juga mendapat kiriman majalah-majalah kejuruan terbitan Belanda
untuk mempermudah dirinya dalam menekuni usaha tersebut.
Wiraswasta
adalah spontanitas
Bob selalu menyatakan bahwa ia
melakukan segala sesuatu secara spontan. Terlebih lagi pada kondisinya yang
miskin serta tidak bertitel sarjana. Rupanya Bob pernah beberapa bulan kuliah
di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan mengundurkan diri dari perkuliahan.
Bob hanya melihat peluang ketika dirinya tidak memiliki pilihan lain selain
wiraswasta. Terlebih lagi, Bob tidak memiliki rencana terlebih dahulu dalam
menjalani usahanya. Semua dilakukan dengan bertindak cepat.
Pada suatu perbincangan, Bob menyatakan bahwa ia
ingin berwiraswasta untuk mencari rugi. Bob menyadari bahwa dalam dunia
wiraswasta pasti dipenuhi dengan risiko. Orang yang ingin terjun ke dalam dunia
wiraswasta harus siap dengan berbagai macam risiko dan kegagalan. Tidak ada
dalam sebuah usaha yang selamanya untung. Pasti ada kalanya merugi. Pernah pada
suatu ketika Bob melihat peluang pasar di luar negeri yaitu olahan buah-buahan
kripik buah. Ketika Bob mengekspor produknya ke luar neger, ternyata produknya
tersebut tidak sampai di luar negeri dan menyebabkan dirinya merugi milyaran
rupiah. Tapi, Bob menikmati semua proses usahanya dengan baik. Ia tetap
berjalan pantang menyerah pada bisnisnya.
Kebanyakan orang membuat rencana untuk memulai
bisnis wiraswasta untuk meminimalisir risiko sekecil mungkin. Namun yang
terjadi adalah mereka terlalu sibuk membuat rencana dan tak kunjung melangkah
untuk memulai usaha. Inilah yang disayangkan Bob ketika ada segelintir orang
yang ingin berwiraswasta tapi masih takut dengan risiko dan kegagalan.
Fase Belajar ala Bob Sadino
Bob Sadino membuat
prinsip kehidupan berwiraswasta dengan sebutan Roda Bob Sadino. Roda ini dibagi
menjadi empat bagian dengan masing-masing bagian secara urut berisi kuadran
TAHU, BISA, AHLI, dan TERAMPIL.
Bagian pertama adalah kuadran
TAHU. Kuadran TAHU berisi orang-orang yang sedang menempuh pendidikan baik di
bangku sekolah atau perguruan tinggi. Orang-orang pada kuadran ini biasanya
memiliki pemikiran yang terstruktur dan belajar berdasarkan teori-teori tanpa
praktik. Contohnya adalah orang yang belajar teori dasar menembak. Ia tahu
teori-teori menembak tanpa pernah memegang pistol.
Bagian kedua adalah kuadran
BISA atau kadang disebut kuadran JALANAN. Kuadran ini berisi orang-orang yang
dapat mempraktikkan suatu ilmu dengan baik. Orang-orang dari kuadran BISA
belajar dan pengalaman nyata yang sudah mereka alami dalam mengerjakan suatu
hal. Orang-orang di kuadran BISA biasanya adalah masyarakat biasa yang tidak
sempat menempuh Pendidikan tinggi. Contohnya adalah tukang bangunan yang dapat
menyusun paving di jalanan.
Bagian ketiga adalah kuadran
AHLI. Kuadran AHLI berisi orang-orang yang sudah berpengalaman di bidangnya.
Mereka sudah ditempa dan belajar di kuadran BISA. Orang-orang yang berada di
kuadran AHLI ini sudah dapat melakukan pekerjaannya secara professional.
Bagian terakhir adalah kuadran
TERAMPIL. Kuadran ini diisi oleh orang-orang yang menekuni suatu bidang selama
kurang lebih 30 sampai 40 tahun. Orang-orang dalam kuadran TERAMPIL sudah
mencicipi banyak sekali kegagalan dari bidang yang selama ini ia tekuni.
0 komentar:
Post a Comment