2018 Memberikan warna baru tentang hadirnya sebuah
Novel yang mengulas realita kehidupan dan kerinduan
baginda nabi yang terangkum dalam 178 halaman , di karang oleh seorang novelis
sejati , komitmen besar dari tiap karya ciptanya adalah membangunkan jiwa dari
setiap pembaca , ia biasa di sapa kang abik (Habiburrahman El-Shirazy).
Sebuah novel berjudul "Merindu Baginda Nabi"
memberikan sentilan halus akan mulianya sifat kerendahan hati , tak mau di
panggil Kyai walau sederet kontribusi besar membangun desa dari pesantren telah
ia lakoni , sapaan hangat masyarakat padanya pak Nur ,adalah ayah asuh dari
seorang gadis istimewa ,yang memiliki masa kelam ditelantarkan oleh ibu
kandungnya sendiri. Keteladanan dan kasih sayang Pak Nur dan Bu salamah
memberikan peranan besar atas kesuksesan akhlak dan pendidikan anak asuhnya
Syarifatul Bariyah.
Sebuah pesan menarik di sampaikan halus tepat sebelum
keberangkatan rifa (sapaan Syarifatul Bariyah) ke San Jose , Amerika Serikat
,karna dinyatakan lolos sebagai delegasi untuk mengikuti kegiatan Exchange
Youth For World Peace .
“Nduk, bertakwalah kepada Allah , di mana saja kamu
berada. Dan ingat, jangan sampai kau membuat malu Baginda Nabi!
Ingat, jangan sampai kau membuat malu Baginda Nabi!”
Pesan singkat yang mendesir hati rifa untuk menjaga
akhlaknya sebagai representasi seorang muslimah. Begitupun saya sebagai pembaca
, takjub , karna tak banyak orang tua yang berpesan demikian untuk kepergian
seorang anak yang akan meninggalkannya. Kemulian akhlaknya memberikan warna
baru bagi keluarga asuhnya tak lain karna rifa paham sekali tentang makna
pesan ayahnya .
Lalu pesan singkat mencambuk tentang pola berfikir
saya , mendalami Kebesaran Allah , dan Keagungannya dalam sifat Ar-Rahman
Ar-rahiim, pesan tersebut terkutip dari penggalan kalimat hal.86.
“Kalau Allah bersamamu, apalagi yang kamu
khawatirkan?”
Di akhir novel tersebut menampar saya dengan rasa iri
, air matanya menetes tentang tanda akan kerinduannya pada baginda nabi ,
ia pak nur ayah asuh rifa , berkata dengan ketulusan "Nduk abah ingin
sowan ke makam baginda nabi" , terpecah sebuah misteri karna belakangan
ayahnya menyendiri dan matanya berkaca menatap haru . Ajal tak pernah di
nanti , pak nur meninggal dalam keadaan nikmat di masjid Nabawi.
Novel ini memberikan asupan iman kita untuk
memperkokoh keyakinan akan keesaan Allah , dan kecintaan yang mendalam pada
baginda Nabi akan terealisasi pada bentuk kesuksesan luar biasa , kesuksesan
fiddunya wal akhirah.
0 komentar:
Post a Comment