Thursday, 3 January 2019

Resensi Buku : 5 cm




Judul       : 5 CM
Penulis    : Donny Dhirgantoro         
Penerbit  : Grasindo                      
Editor      : A. Ariobimo Nusantara       
tebal        : 381 hal                   
ISBN       : 978-979-081-852-1

                                     

Halo! Disini saya ingin sedikit membagikan ulasan mengenai buku yang sudah cukup mainstream saat ini.. Buku apa itu? Saya yakin kamu sudah mengenal buku yang satu ini…. YAP betul!! Buku atau Novel 5 cm ini sebuah buku pertama yang saya baca dan masih ingat betul bagaimana saat saya memulai membiasakan diri untuk membaca. Buku ini bukan hanya isi nya yang sangat inspiratif. Melainkan buku ini juga enceritakan tentang Persahabatan, Mimpi, dan Cinta yang dapat mengubah segalanya. Penyampaiyan yang dikemas sederhana tapi dapat sangat indah. Bahkan buku ini membawa pola pikir saya hingga kala itu semasa SMA saya menjadi seorang Ketua Umum Pecinta Alam di SMAN 59 Jakarta.

Baik, langsung kita masuk kepada isi cerita pada novel ini. Terdapat 5 tokoh utama di dalamnya, Genta, Arial, Riani, Zafran, dan Adrian (Ian), ditambah Arinda, adiknya Arial. Menceritakan kehidupan khas remaja. Selama sepuluh tahun mereka bersahabat dan pada suata ketika, Genta, Sang Leader mengusulkan untuk sejenak keluar dari lingkaran persahabatan dulu. agar mereka tidak terpaku pada kebiasaan yang “itu-itu” saja. Dan melihat bahwa dunia kita ini sangat luas.

Mereka berjanji selama 3 bulan tidak boleh saling menguhubungi satu sama lain. Biarkan semua berjalan sesuai dengan keinginan masing-masing. Mereka tahu bahwa dunia ini sangat luas, dan masih banyak mimpi yang belum mereka dapat.

Setelah 3 bulan berlalu, mereka bertemu kembali. Atas ajakan Genta, mereka pergi ke salah satu puncak gunung tertinggi di Pulau jawa yaitu Mahameru.

Di perjalanan menuju Mahameru mereka mengalami banyak peristiwa yang sangat jarang mereka lihat di kota. Mereka melihat seorang nenek yang sudah tua namun masih berjualan nasi pecel di setiap malam, seorang supir angkot yang berubah hidupnya setelah menaiki Mahameru, dan kisah temannya Deniek yang hilang saat pendakian, tidak di temukan, dan jasadnya pun tidak ada.

Dalam pendakian mereka juga mendapatkan banyak pelajaran untuk tidak mudah menyerah. Tepat tanggal 17 agustus kala itu mereka merayakan Hari Kemerdekaan diatas tanah tertinggi di Jawa. Isak tangis para pendaki lainnya mengiringi acara tersebut. sangat mengharukan.
     
     Sedangkan kata ‘5 cm’ itu bermaksud agar kita menaruh Impian kita 5 cm di depan kening, jangan cuman menempel, biarkan mimpi itu menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening, jadi Impian itu tidak akan pernah lepas dari mata kamu.
  
“...yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama manusia terhadap mimpi-mimpinya dan keyakinanya adalah mereka hanya tinggal mempercayainya...”

Di dalam buku ini juga banyak Quote-quote dari para tokoh inspiratif dunia yang bertaburan dari awal sampai akhir. Sangat memotivasi seseorang agar lebih menghargai Hidup, dan tidak meremehkan kekuatan sebuah MIMPI.

Banyak juga dialog-dialog khas remaja yang ringan namun tidak lupa juga ditambahkan denga sentuhan Humor.

Namun ada juga kekurangan di dalam Novel ini. Yaitu, terlalu banyak lirik-lirik lagu, yang menurut saya, itu sangat menganggu. Dan yang kedua scene pada film yang menggambarkan jalan cerita pada novel kurang memberikan edukasi terhadap masyarakat terkait standard prosedur pendakian yang benar. Meskipun begitu, pengaruh dari novel ini sangat positif bagi para pembacanya terutama saya.

Pada tahun kemarin, 12 Desember 2012. Novel ini di filmkan oleh Rizal Mantovani. Dan menjadi film pertama di Indonesia yang berada di atas awan puncak tertinggi di Jawa. Para pemeran dalam film tersebut adalah Fedi Nuril sebagai Genta, Herjunot Ali sebagai Zafran, Denny Sumargo sebagai Arial, Raline Syah sebagai Riani, Igor saykoji sebagai Adr(IAN) dan Pevita Pearce sebagai Arinda.

Menurut saya, Buku ini tidak hanya sebagai pemberi inspirasi. Ini adalah buku pertama yang saya baca dan memberikan kesan positif terhadap ketertarikan saya pada dunia membaca juga pecinta alam.

Dream, Faith, and Fight!!
-Maxwedo-
IG : maxwedo_

Share:

Tuesday, 1 January 2019

Resensi Buku : How to Win Friends and Influence People in The Digital Age


How to Win Friends and Influence People in The Digital Age”

  A.      Resume
                Buku ini merupakan salah satu buku tentang manajemen manusia dan kepemimpinan terbaik yang pernah ada. Hampir menyentuh usia yang ke-80 pada 2018, buku yang ditulis oleh Dale Carnegie ini membuktikkan kualitas dan keampuhan isinya. Karya klasik yang dianggap sebagai buku motivasi paling sukses sepanjang masa dan sudah terjual sebanyak 30 juta eksemplar di seluruh dunia ini telah membawa jutaan pembaca mendaki anak tangga kesuksesan dalam bisnis serta kehidupan pribadi.

                 Isi buku fenomenal ini bersumber dari sosok Dale Carnegie, seorang berkebangsaan Amerika yang dikenal dengan pemberdaya potensi manusia. Bayangkan saja, Dale Carnegie mencatat sejarah dengan mengadakan kelas public speaking pertamanya pada tahun 1912 atau 106 tahun yang lalu. Dia ingin membentuk manusia menjadi individu yang percaya diri, menarik, sekaligus berpengaruh untuk lingkungan sekitarnya. Dari situ juga buku ini dibuat, agar memberikan pembekalan ilmu lebih dalam tentang bersosialisasi, membangun hubungan dan interaksi dengan orang lain, sekaligus mengopitmalkan semua potensi di era digital ini.


Sudah menjadi kodratnya bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai ketergantungan satu sama lain atau lebih dikenal dengan istilah makhluk sosial. Dan dalam kumpulan manusia-manusia selalu ada (satu) orang yang berpengaruh, sifat itu berada di sosok seorang pemimpin: seseorang yang bisa memberi manfaat dan pengaruh ke sekelilingnya. Indikasi sederhananya adalah hubungan antar sesama semakin harmonis dan tidak adanya kesenjangan. Salah satu kunci utama seorang pemimpin mewujudkan itu adalah dengan kemampuannya dalam hal komunikasi.

Untuk menjadi orang yang berilmu sesederhana membaca buku sebanyak-banyaknya, tapi jika ingin menjadi orang yang berpengaruh, jadilah pendengar yang baik. Berpengaruh artinya kita mempunyai pesan (positif) yang disampaikan dan apa yang sudah kita berikan
diterapkan oleh lawan komunikasi kita. Kunci utama memang menjadi pendengar yang baik terlebih dulu, mendengarkan apa yang sedang digelisahkan oleh orang-orang di sekitar kita.

Semacam sebuah sistem, ada input-process-output. Dengan menjadi pendengar yang baik, kita sudah mendapat banyak input yang selanjutnya kita proses untuk memberikan output berupa solusi kepada orang lain. Ketika kita menjadi pendengar yang baik, kita akan bisa memberikan solusi yang baik pula. Hal-hal itulah yang diajarkan pada buku ini.

Buku ini seperti tutorial praktis berkomunikasi dengan orang lain. Kita juga diingatkan dengan pelajaran dasar ketika kita masih mengenakan seragam merah putih. Buku ini membahas ketulusan, tenggang rasa, toleransi, dan segala hal baik yang harus kita lakukan kepada orang lain supaya orang lain juga melakukan hal yang sama kepada kita.


  B.      Kesan

Kesan pertama saya ketika melihat buku ini sangatlah tertarik dan ingin segera membeli serta membacanya. Warna yang mencolok ditambah desain hologram semakin menambah kesan menarik dari buku ini. Pun karena saya pribadi juga menekuni dunia organisasi dan kepemimpinan, saya sangatlah ingin untuk menjadi seorang pemimpin sejati yang dapat memberikan kebermanfaatan dan impact yang besar bagi lingkungan sekitar. Hal-hal yang saya cari tersebut ternyata sangat gamblang dijelaskan dalam buku karya Dale Carnegie ini. Langkah-langkah penjabaran yang konkret namun dijelaskan dengan simpel, menambah keasyikan dan keseruan menyerap ilmu dengan membacanya.

Beberapa poin yang saya temukan dan catat dari How to Win Friends and Influence People in The Digital Age ini adalah :
  1. Yang Perlu Dilakukan Dalam Keterlibatan: yaitu bagaimana memulai untuk berinteraksi dan terlibat dengan orang lain. 3 hal utama yang perlu diperhatikan adalah untuk mengubur bumerang (hal yang bisa berbalik menyerang diri), menegaskan hal-hal yang baik dan menyentuh keinginan inti.
  2. Memberikan Kesan yang Bertahan Lama: yaitu dengan cara menunjukkan minat terhadap orang lain, tersenyum, berkuasa dengan nama (mengedepankan nama mereka), menyimak lebih lama, membahas apa yang penting bagi mereka dan membuat mereka merasa lebih baik.
  3. Mendapatkan dan Menjaga Kepercayaan Orang Lain: yaitu dengan cara menghindari argumen, jangan pernah berkata “kau salah”, mengakui kesalahan dengan cepat dan sungguh-sungguh, mengawali dengan sikap ramah, mengakses afinitas (ketertarikan untuk saling terikat), membiarkan orang lain mendapat pengakuan, terlibat secara empatik, menggugah sifat mulia, membagi perjalanan dan memberikan tantangan.
  4. Menuntun Perubahan Tanpa Penolakan atau Kebencian: yaitu dengan cara mengawali dengan positif, mengakui kekurangan sendiri, menyampaikan kesalahan tanpa menarik perhatian, mengajukan pertanyaan daripada memberi perintah secara langsung, memperingan kesalahan, fokus pada kemajuan, menyematkan reputasi baik pada orang lain dan terus terhubung pada pijakan yang sama.

Walaupun terkadang individu dapat menjaga sebuah hubungan yang produktif dan progresif tanpa kehadiran secara fisik dalam frekuensi yang sewajarnya, tidak ada orang di dunia ini yang bisa menjaga pengaruh progresif tanpa kedekatan dalam konteks hubungan. Upaya-upaya terhebat adalah upaya yang saling tergantung dan interaktif. Dan pada akhirnya, seni mendapatkan teman dan mempengaruhi orang lain dalam era digital ditentukan oleh aktivitas menjalin hubungan dan terus berhubungan dalam pijakan yang sama.

  C.      Data Buku

ISBN                                      : 9789792282504
Penerbit                                 : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal Terbit                        : 12 Maret 2012
Penulis                                   : Dale Carnegie
Genre                                     : Nonfiksi, Pengembangan Diri
Tebal                                      : 350 Halaman
Pembatas Buku                     : Tidak Ada
Estimasi Waktu                      : 24 Jam
Membaca
Rating                                    : 10/10

Resensi ini ditulis oleh Langit Biru. Mahasiswa Sekolah Bisnis IPB angkatan 2017. IG : @langitbiru71
Share:

Resensi Buku : Merindu Baginda Nabi


2018 Memberikan warna baru tentang hadirnya sebuah Novel yang mengulas realita kehidupan dan kerinduan baginda nabi yang terangkum dalam 178 halaman , di karang oleh seorang novelis sejati , komitmen besar dari tiap karya ciptanya adalah membangunkan jiwa dari setiap pembaca , ia biasa di sapa kang abik (Habiburrahman El-Shirazy).

Sebuah novel berjudul "Merindu Baginda Nabi" memberikan sentilan halus akan mulianya sifat kerendahan hati , tak mau di panggil Kyai walau sederet kontribusi besar membangun desa dari pesantren telah ia lakoni , sapaan hangat masyarakat padanya pak Nur ,adalah ayah asuh dari seorang gadis istimewa ,yang memiliki masa kelam ditelantarkan oleh ibu kandungnya sendiri. Keteladanan dan kasih sayang Pak Nur dan Bu salamah memberikan peranan besar atas kesuksesan akhlak dan pendidikan anak asuhnya Syarifatul Bariyah. 

Sebuah pesan menarik di sampaikan halus tepat sebelum keberangkatan rifa (sapaan Syarifatul Bariyah) ke San Jose , Amerika Serikat ,karna dinyatakan lolos sebagai delegasi untuk mengikuti kegiatan Exchange Youth For World Peace . 

“Nduk, bertakwalah kepada Allah , di mana saja kamu berada.  Dan ingat, jangan sampai kau membuat malu Baginda Nabi!  Ingat, jangan sampai kau membuat malu Baginda Nabi!” 

Pesan singkat yang mendesir hati rifa untuk menjaga akhlaknya sebagai representasi seorang muslimah. Begitupun saya sebagai pembaca , takjub , karna tak banyak orang tua yang berpesan demikian untuk kepergian seorang anak yang akan meninggalkannya. Kemulian akhlaknya memberikan warna baru bagi keluarga asuhnya tak lain karna  rifa paham sekali tentang makna pesan ayahnya .

Lalu pesan singkat mencambuk tentang pola berfikir saya , mendalami Kebesaran Allah , dan Keagungannya dalam sifat Ar-Rahman Ar-rahiim, pesan tersebut terkutip dari penggalan kalimat hal.86.

“Kalau Allah bersamamu, apalagi yang kamu khawatirkan?”

Di akhir novel tersebut menampar saya dengan rasa iri  , air matanya menetes tentang tanda akan kerinduannya pada baginda nabi , ia pak nur ayah asuh rifa , berkata dengan ketulusan "Nduk abah ingin sowan ke makam baginda nabi" , terpecah sebuah misteri karna belakangan ayahnya menyendiri dan matanya berkaca menatap haru .  Ajal tak pernah di nanti , pak nur meninggal dalam keadaan nikmat di masjid Nabawi.

Novel ini memberikan asupan iman kita untuk memperkokoh keyakinan akan keesaan Allah , dan kecintaan yang mendalam pada baginda Nabi akan terealisasi pada bentuk kesuksesan luar biasa , kesuksesan fiddunya wal akhirah.

Resensi ini ditulis oleh Andi Firmansyah. Mahasiswa Ekonomi Syariah IPB angkatan 2017. IG : @andifirmansyah
Share:
Copyright © Young Inspirer | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com