
sumber gambar: https://i2.wp.com/lovingthyself.net/wp-content/uploads/2018/03/Talk-to-yourself-like-you-would-to-someone-you-love.%E2%80%9D.png?fit=500%2C500&ssl=1
Beberapa orang mendefinisikan cinta diri sebagai sesuatu yang negatif. Di luar sana, sejatinya telah banyak kampanye terkait cinta diri atau self love. Hanya saja, akibat terlalu disibukkan untuk memupuk cinta kepada orang lain, banyak orang seringkali luput terkait pentingnya belajar menyayangi diri sendiri.
Cinta yang berlebihan kepada diri sendiri memang dapat menuntun pada arogansi dan egoisme, namun terlalu tidak cinta diri hanya akan membawa kita pada hal-hal yang merugikan diri sendiri. Misalkan, kamu baru saja gagal dalam mencapai sesuatu setelah berusaha dengan amat sangat keras untuk meraih hal tersebut, atau kasus yang paling relate dengan kita saat ini barangkali adalah terkait pengumuman hasil indeks prestasi (IP).
Hanya karena tidak mampu meraih targetan yang ditujukan kepada diri sendiri, beberapa dari kita malah menyalahkan diri sendiri dan menganggap bahwa kita hanyalah sebuah produk gagal karena tidak mampu memenuhi semua itu. Padahal barangkali, ketika ada seorang teman yang datang kepadamu dan menceritakan terkait kegagalannya terhadap sesuatu, respons paling normal yang akan kamu lakukan barangkali adalah justru mendukung dia dan meyakinkan bahwa tidak apa-apa untuk menjadi gagal sewaktu-waktu—karena sejatinya kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Kita memberikan dukungan kepada orang lain ketika ia merasa berada dalam perasaan bersalah karena tidak mampu mencapai targetan, namun bagaimana bisa kita tidak mampu melakukannya terhadap diri sendiri? Bagaimana mungkin kita membuat standar ganda dalam hal merespons sesuatu yang akar masalahnya sama?
Inilah salah satu dampak berbahaya dari rasa terlalu-tidak-cinta-diri, sebab perasaan seperti ini hanya akan menghambat langkah kita untuk melambung lebih tinggi dalam meraih cita-cita. Tidak merasa layak untuk meraih sesuatu setelah tidak berhasil sekali-dua kali, tidak berani mencoba langkah lebih besar karena merasa bukan apa-apa, merasa rendah diri, merasa tidak berharga; semua masalah ini berakar dari krisisnya cinta terhadap diri sendiri. Bersumber dari satu masalah itu, secara tidak langsung, kita membatasi zona kita sendiri karena paradigma-paradigma negatif dan prasangka tidak baik terhadap diri sendiri.
Sejatinya, tidak apa-apa jika memiliki kecacatan dalam diri sendiri. Kecacatan, baik itu secara fisik maupun kemampuan, bagi manusia adalah sebuah hal yang sangat lumrah karena sejatinya, tidak pernah ada sesuatu pun yang sempurna di muka bumi ini kecuali Tuhan. Dunia ini sendiri adalah wadah dari segala ketidaksempurnaan, lantas mengapa kita harus menjadi tidak menyayangi diri sendiri karena sedikit kesalahan atau kecacatan yang ada dalam diri kita?
Ibarat titik yang ada di atas suatu kertas putih, barangkali kita hanya terfokus terhadap titik hitam itu meski sejatinya ada banyak sisa ruang yang dapat diisi untuk menuliskan sesuatu yang lebih bermakna dari titik itu sendiri. Sama seperti halnya dengan diri seseorang, satu kegagalan yang pernah kamu lakukan tidak menjadikan kamu sebagai seorang pecundang, sebab sejatinya, masih tersisa begitu banyak ruang dalam kapasitas diri masing-masing untuk kita isi dengan kemampuan-kemampuan lain yang lebih cocok dengan kapabilitas yang kita miliki.
Sebagaimana kutipan dari sebuah buku karangan Annisa Ihsani—yang pernah saya baca—mengatakan bahwa kita tidak bisa selalu mendapatkan nilai A untuk segala sesuatu yang kita lakukan. Adakalanya kegagalan ditampilkan untuk membuat sinar dalam diri kita tampak lebih terang, sebab setitik kegelapan di kala malam, tidak akan membuat sebuah bintang kehilangan cahaya yang dimilikinya sendiri.
Kamu adalah bintang bagi kisahmu sendiri. Maka dari itu, jagalah sinar yang kamu miliki dengan memberikan sedikit cinta dan kepercayaan bahwa kamu mampu untuk menjadi bintang yang lebih terang lagi.
P.s. Tulisan ini dibuat tidak dengan maksud untuk menggurui. Semua ditulis murni berdasarkan pengalaman pribadi dan sengaja dibuat untuk berbagi dengan orang yang memiliki masalah krisis cinta diri yang sama :)
0 komentar:
Post a Comment