Saturday, 12 May 2018

Pengaruh Lingkungan Eksternal terhadap Kondisi Psikologis Seseorang




sumber gambar: http://www.alphr.com/science/1008459/depression-language-signs-machine-learning


Kadang-kadang saya berpikir, bahwa kondisi psikologis manusia seperti sebuah machine learning.

Menganalisis dari kata learning itu sendiri, machine learning adalah suatu program yang diibaratkan sebagai sebuah mesin, di mana mesin tersebut “belajar” dari data-data yang masuk saat program dijalankan, sehingga pada saat yang sama, akan terjadi proses update kumpulan data yang ada. Program pun “belajar” dari input tersebut untuk mengambil sebuah prediksi yang berlandaskan data-data yang telah masuk tadi.

Kembali kepada penyataan awal, saya berpikir bahwa kondisi psikologis manusia itu seperti sebuah machine learning. Jika umpamanya, kita menganggap bahwa karakter paling dasar (yang menjadi lapisan terdalam dari sifat seseorang) adalah inti dari sebuah atom, kita dapat membuat perumpamaan bahwa pengaruh dari lingkungan luar adalah elektron yang mengelilingi inti atom itu sendiri.

Elektron yang tersebar dalam kulit-kulit atom memiliki peran aktif dalam memengaruhi sifat kimiawi dari suatu atom, sebagaimana lingkungan eksternal manusia yang berperan dalam pembentukan karakter manusia. Perbedaan antara elektron dalam atom dengan pengaruh lingkungan eksternal adalah kita tidak dapat mendefinisikan bahwa pengaruh tersebut bermuatan seperti elektron, sebab tidak selamanya selalu bernilai negatif.

Selain itu, hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh luar ini dapat diklasifikasikan ke dalam opini publik mengenai diri seseorang, penghakiman lingkungan sekitar terhadap diri seseorang—baik itu dalam konotasi positif maupun negatif, dan lain sebagainya.

Pengaruh dari keberadaan elektron dalam sebuah atom dan data-data yang diperoleh dari lingkungan eksternal manusia nyaris serupa, sebab seperti elektron yang memengaruhi sifat kimiawi suatu atom, lingkungan sekitar sangat proaktif dalam membentuk karakter manusia.

Unsur gas mulia yang memiliki delapan elektron valensi, menjadi unsur yang paling stabil karena tidak membutuhkan elektron dari atom lain untuk mencapai kestabilan. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa suatu elektron memiliki peran yang amat penting dalam pembentukan sifat kimiawi suatu atom.

Dalam hal keterkaitan dengan pengaruh eksternal dan kondisi psikologis manusia, barangkali kita dapat mengambil contoh sugesti yang seringkali tertanam akibat membaca karakterististik seseorang dengan berlandaskan suatu klasifikasi tertentu. Mudahnya saja, kita seringkali mengait-ngaitkan diri ketika tengah membaca artikel tentang sifat seseorang berdasarkan golongan darah, garis tangan, atau ketika mengisi tes-tes kepribadian. Ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disajikan, tak jarang seseorang merasa keliru dalam menarik jawaban karena merasa tersugesti oleh pilihan-pilihan yang ada. Sehingga, akibat dari kekeliruan-kekeliruan ini, mereka menjadi tersesat dalam menentukan karakter diri sendiri.

Kembali kepada keterkaitan antara elektron dari suatu atom, pengaruh lingkungan eksternal manusia, kondisi psikologis manusia, dan machine learning; terdapat korelasi yang erat di antara keempatnya. Kondisi psikologis manusia seperti machine learning, ia mengambil simpulan dari data-data yang dikumpulkan berdasarkan respons lingkungan sekitar terhadap dirinya.

Apa yang dia lihat, dengar, raba, dan terima—seperti opini publik mengenai diri orang tersebut—diumpamakan sebagai data-data tadi. Perbedaan antara machine learning dan kondisi psikologis manusia terletak pada output dari masing-masing proses yang mereka jalankan; machine learning memberikan keluaran berupa prediksi-prediksi yang diambil dari data-data yang telah dikumpulkan, sedangkan psikologis manusia menjadikan data-data tersebut sebagai ideologi baru yang tertanam dalam kepalanya. Ideologi inilah yang akan menjadi prasyarat seseorang dalam mengambil keputusan dan simpulan atas suatu pemikiran, yang akan membentuk pola pikir dan karakter dari manusia itu sendiri,

Sehingga, dengan melihat keterkaitan ini, kita dapat melihat bahwa opini seumpama senjata yang mematikan, sebab memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam pembentukan karakter seseorang. Hal ini yang menjadikan alasan pula, mengapa bullying sejatinya merupakan kejahatan yang besar karena dapat menyerang pola pikir dan psikologis mereka yang menjadi korban. Bullying atau perundungan tidak hanya persoal kekerasan fisik, tetapi juga berkaitan dengan kekerasan verbal. Dampak dari kekerasan verbal bahkan lebih berbahaya daripada kekerasan fisik, sebab hal tersebut menyerang langsung kondisi psikologis manusia itu sendiri.

Melalui tulisan ini, saya ingin mengingatkan teman-teman, betapa penting untuk berhati-hati dalam melakukan penghakiman. Beropini memang sama sekali tidak dilarang, namun pahamilah batas-batas zona yang dapat kamu masuki agar tidak mengacaukan sistem yang ada. Opini yang kita berikan atau label yang kita tempelkan terhadap diri seseorang dapat memengaruhi kondisi psikologis orang tersebut. Oleh karena itulah, kita harus berhati-hati dengan ucapan yang kita lontarkan kepada orang lain.

Sebuah pepatah tidak akan tercipta jika bukan karena didukung oleh pengalaman yang ada. Pepatah yang berbunyi, “Mulutmu, harimaumu” adalah salah satu pepatah yang ditujukan untuk mengingatkan kita dalam menjaga perkataan. Jika manusia dianggap sebagai makhluk dengan derajat tertinggi karena akal yang dimilikinya, maka kesempurnaan  tersebut pun terbatasi oleh ucapan yang terlontar dari mulut manusia itu sendiri.

Untuk itu, jagalah mulutmu, sebelum ia berbalik menerkammu.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Young Inspirer | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com