sumber gambar: http://www.quoteambition.com/inspirational-family-quotes-sayings/
Masalah utama mahasiswa baru selain manajemen waktu adalah mengatasi kesedihan ketika dilanda homesick.
Rindu, terutama kepada
keluarga, adalah hal yang sangat lumrah, terlebih ketika kita terbiasa dengan
keadaan selalu melihat wajah keluarga dari mulai bangun tidur hingga kembali
tidur lagi. Rindu adalah sebuah kewajaran, ketika rindu itu tetap berada pada
tempatnya dan tidak berbalik menjadi sesuatu yang destruktif.
Mengatasi rindu,
ingin bertemu, atau rasa ingin tetap bersama adalah hal yang cukup
sulit untuk dikelola. Apalagi, bagi mereka yang seringkali didominasi oleh perasaan.
Sejatinya, homesick bukanlah masalah yang besar ketika kita
mampu menyikapinya dengan baik. Kemampuan mengelola rindu amat diperlukan agar kerinduan itu tidak berbalik menjadi sesuatu yang
menghalangi langkah untuk berkembang.
Tujuan kita pergi sedemikian jauh dengan meninggalkan keluarga, teman, dan masa lampau
adalah untuk mendaki menuju titik yang lebih tinggi. Rindu adalah suatu
kewajaran, namun jangan sampai kita terlampau memanjakan perasaan hingga
melupakan kewajiban.
Sejatinya, rindu kepada keluarga adalah emosi yang dapat dijadikan amunisi. Suatu keadaan yang
sebelumnya dirasa sebagai sebuah titik lemah, dapat dikonversi menjadi senjata
yang dapat memotivasi sehingga kita mampu memanfaatkan waktu menjadi lebih optimal
lagi. Misalnya, ketika dilanda rindu, hal tersebut dapat menjadi pemicu yang mengingatkan kita perihal tujuan dan mengapa kita berada di titik saat ini. Bahkan,
kerinduan dapat dijadikan katalis yang mempercepat proses untuk meraih
cita-cita, sebab kerinduan itu sendiri adalah penunjuk jalan agar senantiasa
fokus terhadap tujuan yang ingin dicapai.
Selain itu, dengan
adanya kerinduan, kasih sayang yang sebelumnya tidak mampu disadari, perlahan-lahan akan timbul ke permukaan. Ketika awalnya, kita merasa bahwa
kasih sayang dari keluarga adalah suatu yang lumrah sehingga tidak begitu memahami
betapa istimewanya hal itu, dengan merenggangnya jarak dan berkurangnya intensitas bertemu,
kita akan lebih mengerti makna dari kasih sayang itu sendiri. Rindu seumpama
gula yang menjadi pemanis dalam suatu hubungan, sebab tanpa adanya jarak, kita seringkali tak memahami nilai dari kasih sayang yang
diberikan oleh lingkungan sekitar.
Jadi, daripada
galau sepanjang hari dan meraung-raung kepada semesta—merasa tidak adil sebab rindumu
tidak mampu terobati dengan berjumpa dalam waktu dekat, yuk, belajar menjadi
lebih kuat. Keadaan emosional dan psikologismu bergantung kepada bagaimana kamu
mengontrol keduanya. Jika sejak awal ketika dilanda homesick, kita sudah menyerah kepada rindu itu sendiri dan
membiarkannya menjadi destruktif dengan menguasai niat kita untuk melakukan
segala hal, maka jangan menyalahkan siapa-siapa jika momen saat kita betul-betul
mampu meraih tujuan akan semakin ditunda kehadirannya.
Ayo, jadikan
rindumu sebagai amunisi. Jangan merasa ragu untuk menjadi lebih kuat dalam menghadapi masa-masa nelangsa karena menelan rindu kepada keluarga. Akan ada saatnya di mana kamu kembali ke
pelukan mereka.
Yang tengah kamu lakukan saat ini adalah memberikan sedikit jeda antara hubunganmu dengan keluarga, mempermanis kasih sayang di antara kalian dengan menyisipkan spasi dalam hubungan itu sendiri, dan berupaya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik agar ketika kembali kepada mereka; kamu telah menjadi manusia yang betul-betul bisa diandalkan.
Yang tengah kamu lakukan saat ini adalah memberikan sedikit jeda antara hubunganmu dengan keluarga, mempermanis kasih sayang di antara kalian dengan menyisipkan spasi dalam hubungan itu sendiri, dan berupaya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik agar ketika kembali kepada mereka; kamu telah menjadi manusia yang betul-betul bisa diandalkan.
Manfaatkanlah
kesendirianmu saat ini untuk membangun cabang-cabang kasih sayang baru dengan
lingkungan baru di sekitarmu. Semakin banyak cabang dalam pohon kasih sayang
yang kamu miliki, maka akan semakin melimpah pula rasa syukurmu terhadap
kehidupan yang kamu jalani saat ini.
Jadi, jangan
merasa ragu untuk berupaya lebih keras, dengan atau tanpa kehadiran keluarga di
sisimu saat ini. Sebab sejatinya, meski dilumat oleh jarak dan intensitas
bertemu, keluarga akan tetap di hatimu untuk menjadi pihak pertama yang mendukung
kesuksesanmu.
P.s. postingan ini tidak bermaksud menggurui, hanya ditulis untuk membagi pengalaman dan pelajaran yang dituai ketika berada di titik kelam yang sama :)
0 komentar:
Post a Comment