Saturday, 7 April 2018

Marriage

Hallo!
Let’s talking about marriage. 
(Sumber : https%3A%2F%2Fplus.google.com)


Sebelumnya, I wanna tell u why this article was written. 
First, ada my friend, sebutlah si X, dia datang kepadaku dan bilang “Fit, kenapa ya, banyak banget yang ngepost tentang nikah. Banyak yang bikin baper gitu. (ekspresi sebel, wkwk)”.

Second, ternyata emang di instagramku juga sedang merajalela postingan about marriage, poster-poster, memecomic, true story dan juga dalil-dalil pernikahan. Ga cuma di instagram, there are some wedding videos on youtube. Gitasav, vloger yang sering aku tonton, baru-baru ini juga mengeluarkan video yang berjudul marriage.

Daaan, alasan yang terakhir, aku dapet banyak undangan nikah (just FYI, not important, hehe).
Dari ibu produser
Dari kakak reporter
Dari mba sholihah
Dari temen sekelas pas SMP
Dari teteh sholihah









Apa pandanganmu tentang nikah?
Berdasarkan survey kecil-kecilan ke beberapa responden usia 18-21 tahun, dapat disimpulkan ada 3 tipe orang berpikir mengenai pernikahan:
1.    Pernikahan bukan skala prioritas
2.    Pernikahan sangat penting, harus disegerakan
3.    Pernikahan sangat penting, bukan sekedar cinta

Ayo kita jabarin satu-satu:
1.   Pernikahan bukan skala prioritas
Orang-orang tipe ini berpikir bahwa pernikahan itu berat. Mereka berpikir tidak perlu memikirkannya sekarang. Prirotasnya kali ini adalah sebagai seorang mahasiswa. Mereka cenderung sibuk dalam meningkatkan kualitas dirinya.

“Masih muda, nikmatin aja dulu masa-masa single sebelum terikat pernikahan” itu prinsipnya. Orang tipe ini berpikir pernikahan dapat menghambat kebebasan dirinya dalam beraktivitas. Dengan pernikahan, fokusnya akan terbagi untuk keluarga.

Beberapa orang tipe ini sangat militant dalam meningkatkan potensi dirinya. Dia tidak menjalin hubungan cinta dengan lawan jenis.

Sebagian yang lain tetap merasa membutuhkan penyaluran na’u (naluri kasih sayang/cinta). Biasanya mereka memilih untuk berpacaran. Alasannya, berpacaran dapat memotivasi dirinya ketika melakukan kegitan peningkatan kualitas diri.

Example:
A: “Apakah siap menikah dengan pacarmu?”
B: “Hmm, gatau. Belum kepikiran ke sana, ini mah sebagai penyemangat aja”

A: Kapan nikah? Rencana mau punya berapa anak?
B: Gatau, belom punya gambaran ke sana. Paling abis nikah juga gamau punya anak dulu. Pengen berkarir dulu.  

2.   Pernikahan sangat penting, harus disegerakan


 “Nikah muda”
Beberapa diantara mereka memegang prinsip ini. Mereka ingin segera menikah. Orang-orang tipe ini biasanya sering menyebarkan kata-kata baper atau postigan gambar pernikahan yang melelehkan hati. Kalau kata orang-orang mah bikin mupeng nikah.

Tipe orang seperti ini adalah orang yang sedang bergejolak naluri na’unya. Akan tetapi, mereka tidak dapat menyalurkannya karena mereka paham bahwa pacaran dilarang dalam islam. Mereka memegang teguh syari’at islam tentang larangan berpacaran. Dengan demikian, mereka berpikir penting untuk menyalurkan na’u itu dengan menikah muda.

3.   Pernikahan sangat penting, bukan sekedar cinta

Orang tipe ketiga adalah orang-orang yang berpemikiran islam. Orang yang menyuarakan SAY NO TO PACARAN karena pacaran termasuk aktivitas mendekati zina yang dilarang Allah dalam Alqur’an:
“Dan janganlah kalian mendekati zina…” (QS. Al-Isra: 32)
Orang-orang ini menyadari bahwa pernikahan bukanlah sebatas menjalin cinta. Pernikahan termasuk ibadah untuk menyempurnakan iman dan melestarikan jenis.
Jika kamu berpikir untuk tidak ingin menikah atau menunda mempunyai anak,artinya kamu termasuk orang-orang egois
Kata-kata itu aku dapat dari salah satu guruku. Why she told egois? Karena menurut beliau, jika kita tidak berusaha melestarikan jenis, generasi selanjutnya akan punah. Generasi masa depan akan kekurangan SDM sebagai estafet peradaban dunia.
 Pernikahan bukan hanya perkara indahnya cinta, tetapi salah satu misi untuk melestarikan manusia-manusia hebat.
Marriage is about LIFE, future leaders’s life.
Pernyataan tersebut aku sadari ketika berada di negeri sakura, Jepang. Sungguh banyak diantara mereka adalah orang hebat, tetapi tidak ada penerus dari orang-orang hebat itu. Kehebatan hanya berhenti pada dirinya. Ketika dia meninggal, tidak ada yang meneruskan gen hebat itu.

Dengan demikian, terdapat dua sikap yang mereka kerjakan:
1.    Militansi dalam meningkatkan kualitas diri agar dapat membahagiakan pasangannya dan kelak kepribadiannya dapat diturunkan kepada anak-anaknya
2.    Fokus mencari ilmu pernikahan, bukan mengumbar postingan baper tentang menikah.
Tipe-tipe mereka akan tulus mencintai pasangannya lillah (karena Allah) dan menjaga pasangannya agar dapat menciptakan keluarga militant dan harmonis (sakinah, mawaddah, dan warohmah).
Wahai generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu hendaknya berpuasa sebab ia dapat mengendalikanmu.(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud).
“Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali.” [QS. An Nisaa (4):1].
Share:
Lokasi: Dramaga, Bogor, West Java, Indonesia academics blog
academics blog

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Young Inspirer | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com