Let’s
talking about marriage.
![]() |
(Sumber : https%3A%2F%2Fplus.google.com) |
Sebelumnya, I
wanna tell u why this article was written.
First, ada my friend, sebutlah
si X, dia datang kepadaku dan bilang “Fit, kenapa ya, banyak banget yang
ngepost tentang nikah. Banyak yang bikin baper gitu. (ekspresi sebel, wkwk)”.
Second, ternyata emang di instagramku juga sedang merajalela postingan about marriage, poster-poster, memecomic,
true story dan juga dalil-dalil
pernikahan. Ga cuma di instagram, there are
some wedding videos on youtube. Gitasav, vloger yang sering aku tonton,
baru-baru ini juga mengeluarkan video yang berjudul marriage.
Daaan,
alasan yang terakhir, aku dapet banyak undangan nikah (just FYI, not important, hehe).
![]() |
Dari ibu produser |
![]() |
Dari kakak reporter |
![]() |
Dari mba sholihah |
![]() |
Dari temen sekelas pas SMP |
![]() |
Dari teteh sholihah |
Apa pandanganmu tentang nikah?
Berdasarkan
survey kecil-kecilan ke beberapa responden usia 18-21 tahun, dapat disimpulkan
ada 3 tipe orang berpikir mengenai pernikahan:
1.
Pernikahan
bukan skala prioritas
2.
Pernikahan
sangat penting, harus disegerakan
3.
Pernikahan
sangat penting, bukan sekedar cinta
Ayo kita
jabarin satu-satu:
1.
Pernikahan bukan skala prioritas
Orang-orang tipe ini berpikir bahwa pernikahan
itu berat. Mereka berpikir tidak perlu memikirkannya sekarang. Prirotasnya kali
ini adalah sebagai seorang mahasiswa. Mereka cenderung sibuk dalam meningkatkan
kualitas dirinya.
“Masih muda, nikmatin aja dulu masa-masa single
sebelum terikat pernikahan” itu prinsipnya. Orang tipe ini berpikir pernikahan
dapat menghambat kebebasan dirinya dalam beraktivitas. Dengan pernikahan, fokusnya
akan terbagi untuk keluarga.
Beberapa orang tipe ini sangat militant dalam
meningkatkan potensi dirinya. Dia tidak menjalin hubungan cinta dengan lawan
jenis.
Sebagian yang lain tetap merasa membutuhkan
penyaluran na’u (naluri kasih sayang/cinta). Biasanya mereka memilih untuk
berpacaran. Alasannya, berpacaran dapat memotivasi dirinya ketika melakukan
kegitan peningkatan kualitas diri.
Example:A: “Apakah siap menikah dengan pacarmu?”B: “Hmm, gatau. Belum kepikiran ke sana, ini mah sebagai penyemangat aja”A: Kapan nikah? Rencana mau punya berapa anak?B: Gatau, belom punya gambaran ke sana. Paling abis nikah juga gamau punya anak dulu. Pengen berkarir dulu.
2.
Pernikahan sangat penting, harus disegerakan
“Nikah muda”
Beberapa
diantara mereka memegang prinsip ini. Mereka ingin segera menikah. Orang-orang
tipe ini biasanya sering menyebarkan kata-kata baper atau postigan gambar pernikahan
yang melelehkan hati. Kalau kata orang-orang mah bikin mupeng nikah.
Tipe
orang seperti ini adalah orang yang sedang bergejolak naluri na’unya. Akan tetapi, mereka tidak dapat
menyalurkannya karena mereka paham bahwa pacaran dilarang dalam islam. Mereka
memegang teguh syari’at islam tentang larangan berpacaran. Dengan demikian,
mereka berpikir penting untuk menyalurkan na’u itu dengan menikah muda.
3.
Pernikahan sangat penting, bukan sekedar cinta
Orang tipe ketiga adalah orang-orang yang
berpemikiran islam. Orang yang menyuarakan SAY NO TO PACARAN karena pacaran
termasuk aktivitas mendekati zina yang dilarang Allah dalam Alqur’an:
“Dan janganlah kalian mendekati zina…” (QS. Al-Isra: 32)
Orang-orang ini menyadari bahwa pernikahan
bukanlah sebatas menjalin cinta. Pernikahan termasuk ibadah untuk
menyempurnakan iman dan melestarikan jenis.
Jika kamu berpikir untuk tidak ingin menikah atau menunda mempunyai anak,artinya kamu termasuk orang-orang egois
Kata-kata itu aku dapat dari salah satu guruku.
Why she told egois? Karena menurut
beliau, jika kita tidak berusaha melestarikan jenis, generasi selanjutnya akan
punah. Generasi masa depan akan kekurangan SDM sebagai estafet peradaban dunia.
Pernikahan bukan hanya perkara indahnya cinta, tetapi salah satu misi untuk melestarikan manusia-manusia hebat.
Marriage is about LIFE, future leaders’s life.
Pernyataan tersebut aku sadari ketika berada di
negeri sakura, Jepang. Sungguh banyak diantara mereka adalah orang hebat,
tetapi tidak ada penerus dari orang-orang hebat itu. Kehebatan hanya berhenti
pada dirinya. Ketika dia meninggal, tidak ada yang meneruskan gen hebat itu.
Dengan demikian, terdapat dua sikap yang mereka kerjakan:
1.
Militansi
dalam meningkatkan kualitas diri agar dapat membahagiakan pasangannya dan kelak
kepribadiannya dapat diturunkan kepada anak-anaknya
2.
Fokus
mencari ilmu pernikahan, bukan mengumbar postingan baper tentang menikah.
Tipe-tipe
mereka akan tulus mencintai pasangannya
lillah (karena Allah) dan menjaga
pasangannya agar dapat menciptakan keluarga militant dan harmonis (sakinah, mawaddah, dan warohmah).
Wahai generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu hendaknya berpuasa sebab ia dapat mengendalikanmu.(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud).
“Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali.” [QS. An Nisaa (4):1].
0 komentar:
Post a Comment