Aku
pun langsung menghubungi kedua orang tuaku. Dan mereka memberikan pemahaman
yang sangat luar biasa menurutku. Mereka bilang
“Disetiap doa yang kita mohon, memintalah untuk diberikan yang terbaik, jangan meminta yang spesifik. Kenapa? Karena Allah lah yang tahu masa depan setiap mahkluknya dan Allah sebaik-baik perencana. Maka ketika bagi kita itu yang terbaik, belum tentu bagi Allah itu yang terbaik.”
Dari perkataan itu aku belajar banyak hal terutama tentang makna
bersyukur. Setelah diberi pemahaman oleh orang tuaku, aku menemukan sebuah
quote yang membuat aku semakin yakin untuk terus bersyukur.
"Saya minta sesuatu pada Allah, jika Allah memberinya padaku, aku gembira sekali saja. Namun, jika Allah tidak memberinya padaku, aku gembira sepuluh kali lipat. Sebab, yang pertama itu pilihan ku, sedangkan yang kedua itu pilihan Allah -Ali Bin Abi Thalib"
Akhirnya, aku mencoba menjalani dengan ikhlas
apa yang sudah aku dapatkan. Dan ketika awal masuk Asrama. Sempat terbesit di pikiranku
bahwa apakah aku harus mengambil SBMPTN lagi tahun depan? Namun aku memilih
untuk menjalani terlebih dahulu berkuliah di IPB. Fyi, di IPB, tahun pertama
mahasiswa baru diwajibkan untuk berasrama. Karena yang berkuliah di IPB, banyak
yang dari daerah-daerah. Dari Aceh hingga Papua pun ada. Aku berpendapat bahwa
IPB merupakan miniatur indonesia. Karena kita bisa bertemu dengan orang-orang
dari berbagai macam daerah. Aku belajar banyak hal disini. Mulai dari budaya,
bahasa, hingga adat dari berbagai macam daerah.
Menurutku, tahun pertama kita diwajibkan untuk
berasrama agar kita mengenal lebih dekat dengan teman-teman kita yang dengan
latar belakang yang sangat beragam. Selain itu juga, dengan sistem asrama, kita
dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan budaya dan bahasa dari berbagai macam
daerah. Aku sempat membayangkan, apa jadinya jika ditahun pertama kita tidak
asrama? Mungkin yang ada kita hanya akan bergaul dengan sesama daerah kita
saja. Kita bergaul dengan teman-teman SMA saja. Dan asrama lah salah satu solusi
dari permasalahan tersebut.
Dan karena di asrama juga, aku menemukan bahwa
orang-orang daerah memiliki pemikiran yang kreatif dan daya juang yang tinggi.
Di IPB aku baru mengenal apa yang namanya Startup.
Dan ternyata, di IPB pun sudah merajalela yang namanya Startup. Disini juga banyak yang sudah memulai bisnis. Hal itu pun
yang mengubah pemikiranku. Aku pun jadi terpacu untuk membuat Startup dengan dikelilingi teman-teman
yang memiliki pemikiran yang kreatif ini. Alhasil, aku dan teman-temanku
berhasil membuat startup kecil-kecilan yang bernama younginspirer.id.
Selain orang-orangnya yang memang memiliki
pemikiran yang kreatif dan semangat juang yang tinggi, di IPB juga terkenal
dengan suasana islaminya yang kental. Di IPB banyak sekali ku jumpai
wanita-wanita yang sudah menutup auratnya. Mayoritas pun sudah memakai
kerudung. Dan suasananya pun tenang dan tentram sekali.
Aku sangat bersyukur berkuliah di IPB.
Dikelilingi orang-orang yang mempunyai pemikiran kreatif dan daya juang yang
tinggi, lingkungan IPB yang islami dan penuh ketenangan, dan Kualitas
dosen-dosen IPB yang tidak kalah dengan perguruan tinggi negeri yang lain. Aku sempat
membayangkan, apa jadinya jika aku tidak berkuliah di IPB? Akankah aku bertemu
dengan teman-teman yang kreatif dan berorientasi untuk membuat karya demi
memajukan Indonesia? Akankah aku terjaga jika tidak berkuliah di IPB? Apakah
aku akan menjadi sosok yang hedonisme jika berkuliah di tempat lain?
http://wilayah1.ilmpi.org
Semuanya tidak ada yang tahu kecuali Allah yang
tahu akan masa depan setiap makhluknya. Untuk itu, kita hanya perlu percaya dan
bersyukur atas pilihan yang telah Allah berikan. Karena setiap pilihan yang
diambil, pasti selalu ada hikmah didalamnya. Jalani dengan ikhlas dan penuh
rasa syukur. Jangan jadikan kekecewaan membuat diri kita terhambat akan
segalamya.Tetapi, ubahlah rasa kekecewaan tersebut dengan rasa syukur.
Jika belum membaca part 1 Kekecewaan yang Berakhir Rasa Syukur #1
Sangat menginspirasi
ReplyDelete