http://faldomaldini.com/
Oke
disini saya mau me-review bukunya Faldo
Maldini yang berjudul “Karena Selama Hidup, Kita Belajar”. Ada banyak sekali
pelajaran yang dapat kita ambil dari buku tersebut, khususnya untuk dunia
perkuliahan. Mulai dari penanaman prinsip, membuka perspektif baru, dan
tentunya cara kita dalam menghadapi kehidupan di dunia perkuliahan.
Faldo
Maldini adalah pemuda yang berasal dari Kota Padang. Diawal bukunya, beliau
menceritakan dirinya pada masa sekolahnya dulu. Beliau masuk SMP unggulan yaitu
SMP 1 Padang. Disana beliau merasakan suasana akademik yang sangat baik.
Lingkungan dan teman-temannya pun juga sangat mendukung. Namun, sejak SMA,
Faldo Maldini masuk SMA 3 Padang. Saat itu, sekolah tersebut bukanlah sekolah
unggulan di Kota Padang. Nah, mulai sejak SMA, kehidupannya berubah drastis. Di
lingkungan sekolahnya ini, sangat jauh berbeda dari saat SMPnya dulu. Saat SMA,
beliau sempat menjadi perokok aktif, berjudi bola, begadang untuk taruhan main
domino, rambut dicat berwarna merah dan berbagai kelakuan tidak baik lainnya.
Sampai
dimana beliau mendapatkan yang namanya hidayah. Beliau merasakan sudah mulai
tidak nyaman dengan kondisi beliau saat itu. Prestasi yang jeblok, banyak guru
yang memarahinya, sampai orang tua nya dipanggil sekolah karena bolos untuk
lomba ngeband. Akhirnya dia mulai
menjalin hubungan baik dengan ketua rohani islam di SMAnya. Berkumpul dengan
teman-teman baik yang siap mendukung dia untuk bertobat. Disini kita bisa ambil
pelajaran bahwa lingkungan yang baik, bisa mendorong kita untuk menjadi pribadi
yang baik juga bukan?
Lalu,
setelah masa SMA selesai, beliau mencoba ikut UMB. Kalau sekarang mungkin
namanya SBMPTN, tetapi hanya UI, Unsyah, dan UIN saja yang terdaftar dalam UMB.
Meskipun beliau sudah diterima di ITT Telkom (Sekarang Universitas Telkom)
jurusan Teknik Informatika dan Bakrie School of Management (Sekarang
Universitas Bakrie) jurusan Akuntansi. Tapi beliau masih ingin mencoba masuk
PTN yang diinginkannya yaitu ITB.
Setelah
tes UMB selesai, beliau masih terus belajar soal SPMB untuk persiapan masuk
ITB. Alhasil, pengumuman UMB keluar dan hasilnya adalah Faldo Maldini diterima
di Universitas Indonesia jurusan fisika. Meskipun fisika merupakan pelajaran
favoritnya dan sesuai passionnya, faldo maldini tetap ingin berkuliah di ITB.
Akhirnya dia konsultasi dengan orang tuanya mengenai hal ini. Dan orang tuanya
meminta agar dia mengambil Fisika UI ini. Mengingat, sudah banyak Univ yang dia
tidak ambil seperti telkom dan bakrie.
Lalu beliau pun menuruti kata orang
tuanya. Disini kita bisa mengambil pelajaran bahwa kita harus nurut kepada
Orang tua jika jurusan yang sudah kita ambil sesuai passion kita, kenapa kita
terus menuntut untuk meminta yang lebih? Bukankah itu namanya kita dikalahkan
oleh ego yang ada didiri kita? Lagipula apa yang menurut kita baik, belum tentu
baik dimata Allah, begitu pun sebaliknya, jika menurut kita itu buruk, mungkin
itu baik menurut Allah. Itu sesuai pada surat Al-baqarah ayat 216. Karena hanya
Allah yang tau mana yang terbaik untuk setiap hamba-Nya.
Sehingga,
beliau harus mengubur dalam-dalam mimpi dia untuk kuliah di ITB dan harus
menjalani perkuliahan di Fisika UI.
“Ya, dengarlah pendapat orang tua saat ingin mengambil keputusan, Insya Allah kita akan belajar banyak hal dari sana, karena seringkali itulah yang terbaik untuk diri kita.” - @Faldomaldini
Menurut
saya itu benar. Karena ridho orang tua merupakan ridho Allah juga.
Faldo
Maldini merupakan mahasiwa perantauan yang jauh-jauh dari Kota Padang untuk
kuliah di Universitas Indonesia. Sebagai mahasiswa rantau, otomatis beliau
harus segera beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan mencari teman
sebanyak-banyaknya.
“Tidak menguasai medan perang, akan gagal mengikuti dinamika kompetisi, dan biasanya tidak akan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan momentum”- Sun Tzu.
Beliau
membuktikan bahwa bisa beradaptasi dengan cepat dan baik. Terbukti di akhir
semester satu, beliau berhasil mendapatkan IPK diatas 3,5 yang berarti cumlaude. Pada semester 2, beliau
bergabung dengan kelompok riset yaitu H-8
Research Team. Kelompok itu
merupakan kelompok riset peminatan fisika instrumentasi yang bermarkas di
Laboratorium Cisco.
Kelompok
itu mewakili UI mengikuti kontes roket Indonesia yang diadakan LAPAN. LAPAN
adalah singkatan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Faldo Maldini
yang masih berada di semester dua sudah ikut kompetisi dan mewakili UI. Itu juga
membuktikan bahwa begitu cepatnya beliau beradaptasi.
Selain
bergabung di tim riset, beliau juga bergabung di Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) FMIPA UI 2009 sebagai staff departemen Barisan MIPA. Barisan MIPA adalah
departemen yang bertugas sebagai organ penggalang massa untuk demonstrasi di
FMIPA UI.
Beliau
juga berhasil mendapatkan beasiswa Program Pembinaan Sumber Daya Manusia
Strategis (PPSDMS) mungkin kalau sekarang namanya Rumah Kepemimpinan. Saat itu
mahasiswa UI yang mendapatkan beasiswa ini hanya 30 orang putra dan 30 orang
putri.
Ternyata,
saat beliau menjadi staf Barisan MIPA di BEM FMIPA UI 2009, Kepala
Departemennya justru ikutan SPMB dan diterima di Fakultas Ilmu Komputer UI. Itu
menandakan harus ada yang mengisi posisi kosong tersebut.
Lalu,
Faldo Maldini termasuk dari salah satu kandidat untuk mengisi posisi kosong
sebagai Kepala Departemen Barisan MIPA. Kandidat yang lain yaitu Andi, teman
sekelas beliau, Wahid dari Geografi, dan Jamal dari Biologi.
Di
rapat kedua, Ketua BEM FMIPA yang bernama Tino, sedikit memberikan orasi.
Kurang lebih orasinya seperti ini :
“Kita
sama-sama tahu, biaya pendidikan kita di Indonesia dari Anggaran Pendapatan
Belanja atau yang biasa disebut dengan APBN! Mahasiswa harus sadar dana APBN
itu diambil dari rakyat. Hampir sebagian besar APBN adalah pendapatan dari
pajak. Siapa yang membayar pajak? RAKYAT! Enak kita telah dibantu biaya
kuliahnya, dibantu dalam memenuhi fasilitas di kampus lewat subsidi yang
uangnya sebenarnya berasal dari rakyat, tapi kita malah lupa kembali lakukan
sesuatu untuk rakyat. Bahkan, sebuah batu bata yang ada di dinding sekolah atau
kampus di Indonesia, dibiayai oleh Rakyat!”
Lalu,
semua yang hadir dirapat tersebut hening sejenak dan faldo mulai terasadarkan.
“Tersadarkan itu menggerakkan. Ia bagaikan sebuah kata kerja. Saat telah tersadarkan melakukan kesalahan, kita akan bergerak secara sadar melakukan dan menuju hal yang benar”-@Faldomaldini
Lalu
setelah bermusyawarah akhirnya Faldo Maldini lah yang akan mengisi Kepala
Departemen Barisan MIPA.
Bersambung
ke part 2
Kalau
ada yang ingin mengetahui ceritanya lebih lanjut, tulis “Mau” di kolom komentar
ya! J
Mau
ReplyDeleteMau bangeett
ReplyDeleteDitunggu part 2 nya
ReplyDeleteMau
ReplyDelete