Wednesday, 21 November 2018

Waktu Tak Pernah Salah


Hasil gambar untuk aesthetic clock

Tiba saatnya nanti, engkau akan menjumpai masa di mana engkau merasa—

sepi dalam keramaian, sendiri dan letih meski telah berkali-kali berupaya mengejar ketertinggalan di antara orang-orang yang hebat, merasa tak memiliki kemampuan apa-apa di antara lingkungan yang jauh berada di atasmu.

Kehidupan di dunia perkuliahan memang seperti itu. Bahkan sejatinya, dalam realita yang sesungguhnya, segalanya akan lebih kejam daripada apa yang selama ini pernah kamu alami. Kamu barangkali akan merasa kecil; tidak berdaya; tidak berguna; dan tidak pernah bisa mencapai keberhasilan apa pun yang sebelumnya telah setengah mati berusaha kaudapatkan.

Tetapi, tidak apa-apa. Kesuksesan memang tidak diraih dengan cara yang instan. Semua peluh, usaha, lelah, penat, dan keluh-kesahmu suatu saat nanti akan berbuah sesuatu yang manis. Memang, semua itu tidak akan dibalas dalam sekerjap mata. Barangkali, kamu harus berkali-kali menjumpai kegagalan, beratus kali dilanda keputusasaan, dan bermilyar kali dihantui keterpurukan.

Tetapi, sekali lagi kukatakan, tidak apa-apa. Suatu saat nanti, badai hidupmu akan mengantarkanmu kepada pelangi dan cuaca cerah. Setiap orang memiliki timing mereka masing-masing. Tuhan pun tidak akan pernah menukar rezekimu jika memang semua itu telah ditakdirkan menjadi milikmu.

Yang perlu diingat dan ditekankan sebagai pondasi dari upaya-upaya “pengejaran” itu adalah bahwasanya, kamu tidak boleh sekali pun berhenti. Beristirahat sejenak dalam kepenatan perjalanan memang dimaklumkan, tetapi jangan sampai engkau menyerah pada kegagalan yang sebetulnya adalah jeda pariwara sebelum akhirnya menjumpai tayangan keberhasilanmu.

Jangan pernah meragui timing keberhasilan yang Tuhan atur untuk hidupmu. Jika usahamu tidak putus, doamu tak pupus, dan tawakalmu tak tergerus keputusasaan berkepanjangan, maka keberhasilan itu kelak pasti akan menjumpaimu.

Percayalah, Tuhan tidak pernah curang dalam membalas usaha-usaha yang dilakukan oleh hamba-Nya.


P.s. ditulis guna menegur diri sendiri yang telah dilanda keputusasaan dan kepenatan berkepanjangan. Dibagikan dengan harapan agar tidak ada lagi pihak yang terjebak dalam zona yang sama seperti apa yang saya alami kini :-)
Share:

Tuesday, 13 November 2018

Harga dari Sebuah Konsistensi


Hasil gambar untuk kutipan tentang konsistensi

Dalam sebuah usaha pencapaian mimpi, ada suatu formula kecil yang sering kali dilupakan oleh kebanyakan orang.

Banyak pihak sibuk mengampanyekan tentang mimpi besar yang sejalan dengan keberanian untuk mencapai mimpi itu sendiri, namun tak banyak yang menyadari betapa penting sebuah konsistensi. Di luar sana,  orang-orang yang memiliki pemikiran-pemikiran kreatif berlalu-lalang melintasi masa kini, akan tetapi, mereka yang mempunyai konsistensi tinggi dalam merealisasikannya, tidak banyak yang bertahan.

Padahal, kunci tertinggi dalam sebuah pencapaian yang besar tidak hanya terletak pada ide-ide kreatif yang ditawarkan, sebab jika hanya sebatas sebuah gagasan, tujuan yang diharapkan tidak akan mungkin bisa dirasakan.

Konsistensi seumpama larutan penyangga yang mempertahankan pH dari suatu larutan kimia, yang dalam hal ini larutan kimia itu sendiri adalah upaya dari realisasi gagasan yang ingin diwujudkan. Tanpa adanya konsistensi, upaya tersebut tidak akan memiliki kekuatan, sebab otak manusia didesain untuk mudah terdistraksi dengan banyak hal. Gagasan-gagasan kreatif tadi akan dengan mudah musnah secara alamiah, yang setiap waktunya akan kehilangan “harga” bagi si penggagasnya sebab ide-ide baru yang lebih segar akan terus berdatangan.

Sebelum mengganti fokus pada ide yang baru, akan lebih baik jika kita menyelesaikan dulu proses realisasi dari ide sebelumnya, sebab tumpukan ide-ide kreatif tidak memiliki harga jika tidak diwujudkan.

Untuk itu, harga tertinggi di balik sebuah pencapaian, sejatinya adalah konsistensi.  Maka, sebelum terlalu tenggelam dalam khayalan keberhasilan, belajarlah untuk mencapai konsistensi itu sendiri :)


P.s. tulisan ini dibuat bukan untuk menggurui, melainkan untuk mengingatkan diri sendiri yang sedang krisis konsistensi.

Share:

Tuesday, 9 October 2018

Tentang Hati

Orasi, Diskusi.
Bicara, Berdialektika.

Ah, entah...
Rasanya terlalu bising di sini.

Huruf, Kata, Kalimat, Paragraf.
Terlalu banyak, menimbulkan sesak.
Berisik, sampai jeritan hati pun terasa berbisik.

Ah, mungkin ini akibatnya apabila abai mendengarkan. Namun penuh dengan nafsu untuk berbicara.
Sampai-sampai, firman-Nya pun tak bisa menyentuh hati. Patah oleh kata, musnah tanpa terasa.

Ah, mungkin ini waktunya mulai mendengarkan.

Rumah,
MNA


Share:

Thursday, 27 September 2018

Manifestasi Mimpi Pertiwi?


Deru liar angin semilir, berdendang riang bagai si pandir
Bedaya berlenggok hulu ke hilir, panggung pentas bagai bersyair
Hingga malam habis gelapnya, hingga budaya hilang bayangnya
Panggung sandiwara bak pekat jelaga, rumah singgah bagai kelam tembaga

Aku masih dalam tapa memendam rasa
Aku geram terus memendam ribuan tanya
Kepada sebuah mulut kepada sepasang bibir
Kepada sepotong lidah yang kerap mencibir

Hempas rampas sekak retak sastra pertiwi
Jerit marit darah marah rindu berkarya
Rudal membrutal menggumpal mengepal pejuang budaya baca
Petatah petuah perlahan kehilangan esensi edukasi

Ajaran moral klasik krisis apresiasi!
Masihkah kau terhanyut dalam buai ilusi?
Masihkah kau termenung saat budaya literasi punah diatas menghamba?
Masihkah kau terdiam saat segala budaya literasi binasa diatas ditinda?

Sungguh, ini hanya persoalan praktis
Budaya bangsa berbasis materialistis tetap eksis
Budaya bangsa berbasis edukasi mulai meringis
Jiwa muda terhanyut jahanam picik yang telah nampak tertulis

https://steller.co


Kau menutup mata tak ingin buta
Kau bungkam tak ingin terbungkam
Kau menunduk tak ingin membusuk
Kau hanya berserah seolah pasrah

Wahai jiwa sadarlah...
Bagaimana jika samar adalah jelas yang menyamar?
Bagaimana jika salah adalah benar yang meyalah?
Bagaimana jika tanya adalah jawab yang menanya?
Sungguh, kau bukan tunas yang mudah goyah dan lemah
Kau bukan jiwa yang sekali tekak akan rebah
Kau sanggup berdiri sigap merentak, walau beban mencekung pundak

Wahai jiwa,
Kumohon jangan menanti penghabisan mencekik!
Karena penghuni ibu pertiwi tak henti bertempik
Berhentilah merangkaki dinding buta
Karena tak satu pun pintu terbuka
Kecuali dengan membaca...

Aku merindukanmu, melukismu dalam mimpiku
Aku mengharapkanmu, menulismu dalam citaku
Aku berjuang mewujudkanmu, wahai engkau bineka bangsaku
Aku selalu menghadirkanmu dalam doaku, wahai engkau gemilang bangsaku

Share:

Wednesday, 19 September 2018

Mencicip Sisi yang Tak Terjamah


Hasil gambar untuk you'll be okay quote

sumber gambar: https://i.pinimg.com/736x/bc/71/34/bc7134cf7c5d9c7c653e13fb606ac3a7--ok-quotes-youll-be-okay-quotes.jpg


Mendengar adalah salah satu cara untuk memahami rasa.

Saya sangat suka mendengarkan keluh kesah orang lain. Entah itu mengenai masalah seseorang dengan dirinya sendiri atau masalahnya dengan orang lain. Mendengarkan orang lain membuat saya merasa tidak sendiri, sebab keluh kesah mereka sewaktu-waktu menyadarkan saya bahwa masalah saya tidaklah sebesar yang saya bayangkan.

Mendengarkan orang lain membuat saya memahami sebuah life hacks baru bahwa ketika kita dihadapkan dengan suatu masalah, otak kita seumpama termanipulasi bahwa masalah itu betul-betul besar dan saya tidak akan mampu menghadapinya karena saya begitu kecil. Padahal sejatinya, hal tersebut tentu saja tidak benar, sebab bagaimana bisa sebuah masalah—momen tidak tampak yang menjumpai hidup seseorang—lebih besar dari orang yang menghadapinya, ketika jelas-jelas, masalah tersebut memang sengaja didatangkan untuk mengukuhkan jiwa seseorang dan menaikkan level kedewasaan dari orang itu sendiri?

Masalah PASTI lebih kecil dari orang yang menghadapi, sebab Tuhan sendiri telah berkali-kali menjanjikan bahwa Dia tidak akan pernah memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Jika Tuhan memberikan kita suatu masalah, maka kita PASTI bisa menghadapinya—semua hanya bergantung pada bagaimana kita menggiring pola pikir kita yang saat itu tengah mengerdil agar lebih berani dalam menghadapi ketakutan kita sendiri terhadap masalah-masalah yang menimpa kita.

Selanjutnya, selain memberikan saya life hacks baru, dengan mendengarkan pula, saya jadi mendapat satu solusi terkait masalah yang bahkan belum pernah saya cicipi. Malah terkadang, Tuhan hampir selalu menjumpai saya dengan orang-orang yang tengah mengalami masalah yang baru saja saya hadapi. Melalui kisahnya yang nyaris serupa dengan milik saya, saya menjadi lebih mampu memahami esensi dari masalah yang saya hadapi dengan memandangnya melalui perspektif yang berbeda.

Seperti apa yang sebelumnya saya paparkan bahwa masalah membuat pola pikir kita jadi mengerdil ketika baru menghadapi masalah itu sendiri, ketika mendengarkan masalah serupa melalui mulut orang lain yang juga mengalami hal yang sama, saya seumpama menjadi seorang penonton dari sebuah putaran film dan bisa melihat dari begitu banyak perspektif, entah itu dari sisi saya sebagai yang mendengarkan atau dari sisi orang terdekatnya yang terlibat dalam masalah tersebut.

Pelajaran yang saya petik ketika mendengarkan masalah yang sama dengan yang saya hadapi dari perspektif orang lain membuat saya lebih memahami nilai moral dan tujuan dari proses pendewasaan yang ingin Tuhan berikan kepada saya.

Cerita orang lain seumpama menghidupkan tombol power of logic di dalam kepala saya, yang sebelumnya mati karena terintimidasi oleh masalah yang saya hadapi.  Untuk itulah mengapa, saya sangat suka mendengarkan ketimbang berbicara dan barangkali, karena alasan itulah Tuhan memberikan kita lebih banyak indra untuk mendengar (dan melihat) ketimbang indra yang digunakan untuk berbicara.

Tuhan ingin membuat kita mampu memahami sesuatu tidak hanya melalui sesuatu yang Dia berikan kepada kita secara langsung (entah itu sebuah nikmat, musibah, atau masalah-masalah). Tuhan juga ingin membuat kita mandiri—mandiri untuk memahami sesuatu dengan mengamati dan memahami apa yang terjadi dengan lingkungan sekitar kita.

Untuk itulah mengapa, mendengar dan memerhatikan menjadi jawabannya.

Share:

Monday, 6 August 2018

Hakikat Menyayangi Diri Sendiri

Hasil gambar untuk self love
sumber gambar: https://i2.wp.com/lovingthyself.net/wp-content/uploads/2018/03/Talk-to-yourself-like-you-would-to-someone-you-love.%E2%80%9D.png?fit=500%2C500&ssl=1

Beberapa orang mendefinisikan cinta diri sebagai sesuatu yang negatif. Di luar sana, sejatinya telah banyak kampanye terkait cinta diri atau self love. Hanya saja, akibat terlalu disibukkan untuk memupuk cinta kepada orang lain, banyak orang seringkali luput terkait pentingnya belajar menyayangi diri sendiri.

Cinta yang berlebihan kepada diri sendiri memang dapat menuntun pada arogansi dan egoisme, namun terlalu tidak cinta diri hanya akan membawa kita pada hal-hal yang merugikan diri sendiri. Misalkan, kamu baru saja gagal dalam mencapai sesuatu setelah berusaha dengan amat sangat keras untuk meraih hal tersebut, atau kasus yang paling relate dengan kita saat ini barangkali adalah terkait pengumuman hasil indeks prestasi (IP). 

Hanya karena tidak mampu meraih targetan yang ditujukan kepada diri sendiri, beberapa dari kita malah menyalahkan diri sendiri dan menganggap bahwa kita hanyalah sebuah produk gagal karena tidak mampu memenuhi semua itu. Padahal barangkali, ketika ada seorang teman yang datang kepadamu dan menceritakan terkait kegagalannya terhadap sesuatu, respons paling normal yang akan kamu lakukan barangkali adalah justru mendukung dia dan meyakinkan bahwa tidak apa-apa untuk menjadi gagal sewaktu-waktu—karena sejatinya kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.

Kita memberikan dukungan kepada orang lain ketika ia merasa berada dalam perasaan bersalah karena tidak mampu mencapai targetan, namun bagaimana bisa kita tidak mampu melakukannya terhadap diri sendiri? Bagaimana mungkin kita membuat standar ganda dalam hal merespons sesuatu yang akar masalahnya sama?

Inilah salah satu dampak berbahaya dari rasa terlalu-tidak-cinta-diri, sebab perasaan seperti ini hanya akan menghambat langkah kita untuk melambung lebih tinggi dalam meraih cita-cita. Tidak merasa layak untuk meraih sesuatu setelah tidak berhasil sekali-dua kali, tidak berani mencoba langkah lebih besar karena merasa bukan apa-apa, merasa rendah diri, merasa tidak berharga; semua masalah ini berakar dari krisisnya cinta terhadap diri sendiri. Bersumber dari satu masalah itu, secara tidak langsung, kita membatasi zona kita sendiri karena paradigma-paradigma negatif dan prasangka tidak baik terhadap diri sendiri.

Sejatinya, tidak apa-apa jika memiliki kecacatan dalam diri sendiri. Kecacatan, baik itu secara fisik maupun kemampuan, bagi manusia adalah sebuah hal yang sangat lumrah karena sejatinya, tidak pernah ada sesuatu pun yang sempurna di muka bumi ini kecuali Tuhan. Dunia ini sendiri adalah wadah dari segala ketidaksempurnaan, lantas mengapa kita harus menjadi tidak menyayangi diri sendiri karena sedikit kesalahan atau kecacatan yang ada dalam diri kita?

Ibarat titik yang ada di atas suatu kertas putih, barangkali kita hanya terfokus terhadap titik hitam itu meski sejatinya ada banyak sisa ruang yang dapat diisi untuk menuliskan sesuatu yang lebih bermakna dari titik itu sendiri. Sama seperti halnya dengan diri seseorang, satu kegagalan yang pernah kamu lakukan tidak menjadikan kamu sebagai seorang pecundang, sebab sejatinya, masih tersisa begitu banyak ruang dalam kapasitas diri masing-masing untuk kita isi dengan kemampuan-kemampuan lain yang lebih cocok dengan kapabilitas yang kita miliki. 

Sebagaimana kutipan dari sebuah buku karangan Annisa Ihsani—yang pernah saya baca—mengatakan bahwa kita tidak bisa selalu mendapatkan nilai A untuk segala sesuatu yang kita lakukan. Adakalanya kegagalan ditampilkan untuk membuat sinar dalam diri kita tampak lebih terang, sebab setitik kegelapan di kala malam, tidak akan membuat sebuah bintang kehilangan cahaya yang dimilikinya sendiri.

Kamu adalah bintang bagi kisahmu sendiri. Maka dari itu, jagalah sinar yang kamu miliki dengan memberikan sedikit cinta dan kepercayaan bahwa kamu mampu untuk menjadi bintang yang lebih terang lagi.


P.s. Tulisan ini dibuat tidak dengan maksud untuk menggurui. Semua ditulis murni berdasarkan pengalaman pribadi dan sengaja dibuat untuk berbagi dengan orang yang memiliki masalah krisis cinta diri yang sama :)
Share:

Sunday, 8 July 2018

Catatan Cinta di Kala Senja


Kita hela kuda di padang-padang entah batasnya, tanpa tentu arah dan tuju pula, di bawah langit silau cahaya. Kudaku-kudamu hilang tenaga ditusuk matahari yang khianat. Mataku-matamu hilang semangat mencari jejak cakrawala.

Jangan lagi bertanya, adakah keajaiban masih tersisa dalam kantung cinta kita, karena keajaiban adalah kantung cinta itu sendiri sekiranya masih ada.

Sekarang lihatlah jejak napas kuda yang kita hela, menggores warna biru dalam di padang padat ini; tapi, sungguh, sesegera tinggal garis-garis tegas, meliuk melambai dari kejauhan. Mempesona, memang, dan menggoda, di bawah cahaya senja yang memancar dari sela-sela cakrawala. Tapi, kita tak boleh terperdaya, Sayang. Tak boleh. Karena, sebentar nanti malam tiba, menyerang kita dengan gelap; sedang kita tak punya senjata apa-apa, hanya sekeping cinta yang mulai kusam dan tumpul tergesek keringat yang tak henti menyembur.
via pixabay.com
Share:

Wednesday, 27 June 2018

Ambis dalam Belajar, Apakah Optimal?

Pernah punya teman yang sangat ambis dalam belajar? Atau bahkan pengalaman pribadi?

Semangaat belajaarr! 
via ayip7miftah.wordpress.com

Ambis. Kata unformal  dari ambisius yang menurut KBBI berarti ‘berkeinginan keras mencapai sesuatu’.


Ya. Aku pernah mengalaminya, bahkan hingga saat ini pun aku masih mempunyai ambisi dalam belajar. Hanya saja, tingkat ambisiusku berbeda-beda di setiap waktu. Biasanya ambisius dalam belajar sangat tinggi ketika menjelang ujian. Setiap menjelang ujian yang sangat besar atau penting, tingkat ambisiku bisa mecapai the highest ambition.

Ini terjadi sejak UN SD.
Menjelang UN SD, selama satu minggu aku habiskan waktu hanya untuk belajar. "Belajar, belajar, dan belajar". Tiada detik tanpa belajar. Aku mengalihkan pandangan dari buku hanya untuk sholat dan keperluan mendesak seperti ke kamar mandi. Bahkan suatu hari aku mencuci baju sembari membaca rumus. Aku menempel rumus pelajaran di dinding kamar mandi. Bagaimana dengan makan? Makanan selalu dibawakan oleh ibu ke tempatku belajar. Dan aku pun makan sambil belajar. Kejadian high ambition terulang hingga SMP. Saat ujian SMP, aku menyengaja Puasa Daud agar belajarku tidak terganggu oleh makan. 

Lalu ketika SMA, high ambition terulang ketika UN SMA. Aku menghabiskan waktu hanya untuk belajar. Dari pagi hingga malam. Hanya saja intensitas belajar tidak seketat SD dan SMP karena aku masih harus melaksanakan aktivitas boarding (asrama). Akan tetapi, setelah melaksanakan aktivitas asrama, aku fokus belajar. Kejadian menempel rumus di dinding pun terulang, bedanya aku menempel di dinding tempat pencucian piring.

Ambisi itu muncul ketika kita sangat berharap suatu hasil maksimal terhadap apa yang sedang kita usahakan.
Ambisius itu positif. Kita memang harus berambisi. Hanya saja, ambisi harus diiringi dengan aktivitas yang proporsional atau seimbang. Ambisi berasal dari hati yang harus dikontrol oleh pemikiran dan aktivitas yang seimbang. Jika ambisi dibiarkan begitu saja, terjadilah hal seperti yang aku lakukan atau bahkan lebih. Dan hasilnya? Apakah maksimal?

Setelah melihat ke belakang, ternyata high ambition tidak menjadikanku optimal dalam ujian. Ketika ujian, terbayang di pikiranku “Aku harus mendapat nilai tinggi, kemarin aku sudah belajar maksimal, aku harus bisa menjawab soal-soal ini”. Dan setelah ujian, aku biasanya merasakan mual dan pusing. Saat UN SMA, aku sempat izin ke kamar mandi untuk muntah.

Ambisius yang tidak dikontrol membuat tubuh stress. Ambisius belajar dapat menjadikan tubuh lemah ketika jadwal belajar padat sehingga melupakan kesehatan tubuh.

Belajarlah dengan proporsional

Untuk mendapat hasil optimal, kita harus proporsional dalam belajar.


Proporsional dalam belajar adalah ketika memaksimalkan belajar pada waktunya,  bukan setiap waktu. 

Inilah mengapa kita selalu dianjurkan untuk membuat jadwal. Buatlah jadwal belajar dengan memberikan jeda untuk mengisi energi bahkan hiburan. Otak kita akan optimal ketika belajar dalam kondisi nyaman tanpa tekanan.


Layaknya larutan, otak kita juga memiliki titik jenuh. 

Kita pasti mengetahui berapa lama otak kita sanggup menyerap pelajaran. Ketika membuat jadwal, jangan memaksakan belajar dalam durasi melewati titik jenuh otak. Selingi belajar dengan hal hal yang membuat otak kita fresh, contohnya membaca Al-Qur’an, makan, dan lain-lain. Dengan demikian, tidak setiap detik dari hidup kita untuk belajar.

Tidak menjadikan belajar di setiap detik kita bukan berarti berleha-leha. Ketika jadwal belajar, maksimalkan diri hanya untuk belajar. Fokuskan diri hanya pada pelajaran. Untuk sekarang, mungkin godaan terbesar adalah gawai. Oleh karena itu, jangan gunakan gawai selain untuk belajar. Kemudian, kita dapat kembali menggunakan gawai saat break atau bukan saat jadwal belajar.


Atur ambisi dalam diri dengan proporsional dalam belajar untuk hasil optimal. 

Belajar proporsional aku lakukan saat ujian SBMPTN. Aku tidak setiap detik belajar karena saat itu aku sedang pengabdian di asrama. Aku tetap melakukan aktivitas rapat, tugas pengabdian, hingga aktivitas yang aku sukai seperti membuat video yang menghabiskan waktu banyak. Walau demikian, aku memiliki jadwal belajar dan mengikuti sebuah bimbingan belajar. Pada saat itulah aku fokus dan optimal dalam belajar. Pada akhirnya, aku nyaman ketika mengerjakan ujian dan alhamdulillah mendapat hasil SBMPTN sesuai yang aku harapkan.

Selamat mencoba~~

Kalian juga boleh share pengalaman belajar atau tips belajar di kolom komentar. Terima kasih.
Share:

Thursday, 21 June 2018

Bingung Mau Ngapain Saat Liburan? 8 Tips Ini akan Membuat Liburanmu Berbeda!

Waktu liburan tentulah waktu yang menyenangkan. Kita bisa sejenak beristirahat dari rutinitas harian yang terkadang membuat jenuh pikiran dan badan. Namun tidak jarang, kita menjadi kebingungan ingin melakukan apa di waktu liburan yang ada. Bahkan waktu liburan yang harusnya dimanfaatkan sebaik mungkin, secara tidak sadar terlewat begitu saja. 

Nah, buat kamu-kamu yang bingung bagaimana menghabiskan waktu liburan, YoungInspirer.id punya 8 tips nih yang akan membuat liburanmu berbeda! Silahkan disimak 😃



Asyik ya liburan! via pixabay.com


1. Memori gawaimu kepenuhan? Waktu liburan bisa kamu manfaatkan untuk membersihkannya!

Pernah gak sih kamu ingin install suatu aplikasi di hp atau laptopmu tetapi muncul peringatan bahwa memori yang ada tidak mencukupi? Tentunya hal tersebut sangatlah mengesalkan, ya. Padahal files yang ada di gawaimu sebenarnya bukanlah files yang terbilang penting. Hanya saja, kamu suka malas untuk merapihkan dan membersihkannya karena itu memakan waktu yang tidak sebentar. Nah, kamu bisa memanfaatkan waktu luang pada masa liburan untuk membersihkan memori gawaimu!

Yuk bersih-bersih memori! via unsplash.com

2. Membantu orang tua.

Sebagai seorang anak, sudah sepatutnya kita membantu orang tua kita. Mulai dari hal sederhana seperti membuang sampah di rumah, sampai bantuan finansial jika memang sudah sanggup memberikannya. Intinya, berikanlah bantuan kepada orang tua kita sebagai tanda bakti kita kepada mereka. Toh kita bisa seperti sekarang pun karena jasa dari orang tua juga. 

Nah, kalau hari biasa yang penuh dengan rutinitas harian membuat kita kurang optimal dalam berbakti kepada orang tua, gunakan waktu liburan yang senggang untuk membantu orang tua kita ya Inspirers!


Buat orang tuamu tersenyum yaa. via huffpost.com

3. Mengunjungi tempat-tempat baru.

Mengunjungi tempat yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya dapat memberikanmu pengalaman yang berharga. Dari sanalah kamu akan mendapat insight baru yang nantinya akan berguna bagi kehidupan kamu di masa yang akan datang. Maka berkunjung ke tempat-tempat baru bisa menjadi salah satu alternatif liburanmu, nih.

Tempat baru memang menarik. via instagram.com

4. Belajar kendaraan.

Bisa mengendarai kendaraan sendiri merupakan salah satu keahlian yang harus dikuasai di era modern saat ini. Dengan mengendarai kendaraan sendiri, kita bisa menjadi lebih mobile dalam beraktivitas dan tidak bergantung kepada orang lain. Kalau di waktu biasa kamu sulit untuk belajar kendaraan, maka kamu bisa belajar di waktu liburanmu. Mintalah kakak atau orang tua mengajarkanmu kendaraan seperti mobil atau motor. Ngga akan nyesel deh belajar mengendarai kendaraan!

Belajar nyetir itu susah-susah gampang lho. via hugtheroads.com

5. Buat tutorial tentang suatu hal dan membagikannya kepada orang lain.

Jika kamu suka main di sosial media dan kamu memiliki sesuatu yang menarik, akan lebih baik jika kamu bagikan. Misalnya kamu pintar dalam berdandan, kamu dapat membuat tutorial make-up kemudian kamu share di Youtube. Atau mungkin jika kamu ahli dalam bidang pemrograman, kamu juga bisa membuat tutorial dan membaginya. Membantu orang lain tak akan merugikanmu kan?


Yuk membuat hal yang berguna. via toonboom.com

6. Memasak

Kamu yang hobi masak, racik segala bahan yang ada di dapurmu dan berkreasilah! Namun, jika kamu yang tak bisa memasak, liburan adalah waktu yang baik untuk belajar memasak. Banyak menu yang bisa kamu cari di Google. Praktekkan dengan perasaan senang, niscaya rasa makananmu juga akan nendang.



Masak kayaknya seru deh. via leafly.com

7. Membersihkan dan merapikan kamar tidur.

Kamar tidur merupakan tempat yang penting karena digunakan untuk beristirahat. Oleh karena itu, kebersihan dan kerapian kamar tidur merupakan hal yang wajib hukumnya. Salah satu cara untuk beristirahat secara optimal pun adalah dengan memperhatikan kebersihan kamar tidur kita. Maka, sempatkan waktu liburanmu untuk membersihkan dan merapikan kamar tidurmu ya, Inspirer!

Kan enak kalo rapi dan bersih kayak gini.. via unsplash.com

8. Istirahat. 

Yap! Waktu liburan merupakan waktu yang paling tepat jika digunakan untuk beristirahat. Tetapi bukan berarti malas-malasan ya, Inspirers! Gunakan waktu luang saat liburan untuk beristirahat dengan baik, agar nantinya dapat beraktivitas dengan optimal saat masa liburan telah berakhir.


Istirahat yang cukup. via afr.com

Itu dia 8 tips dari kami. Kamu mau coba yang mana nih Inspirers? 😜


Share:

Tuesday, 12 June 2018

Wanita Berkarir Surga #2


Berdasarkan fakta-fakta wanita pada tulisan sebeumnya (baca artikel: Resume Wanita Berkarir Surga #1), islam hadir untuk memberikan solusi.
Islam memberikan keadilan dengan memuliakan wanita sesuai dengan fitrahnya. Pria dan wanita sama-sama mencari ridho Allah swt lewat taklif (hukum dari Al-Qur’an dan Hadist) yang Allah berikan sesuai fitrah mereka, bukan berkompetisi antar gender, tapi BERKOLABORASI.

Memperlakukan pria dan wanita dengan setara justru bentuk KETIDAKADILAN

 


“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat 5 waktunya, berpuasa di bulan ramadhan, menjaga kehormatannya sebagaimana syariat mengaturnya, dan taat pada suaminya, Maka dikatakan kepada wanita “masuklah ke surge melalui pintu manapun yang kalian inginkan” (HR. Ahmad)






1.   Islam memandang wanita shalihah sebagai perhiasan terbaik


“Dunia itu perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita
shalihah” (HR. Muslim)
Islam memberi aturan khusus bagi wanita agar tetap terjaga AKHLAK dan KEHORMATANNYA.


2.   Islam menjaga dan memberikan penghormatan kepada wanita dari kecil hingga menjadi ibu

Ketika menjadi “anak”, islam memerintahkan agar orangtua memberikan pengasuhan, perhatian dan penjagaan, terutama seorang ayah.
Ketika menjadi “wanita dewasa”, wanita akan dijaga oleh sang suami.
Ketika menjadi “ibu”, islam memerintahkan kepada anak-anaknya untuk menghormati sang ibu.

3.   Pesan Allah khusus bagi kaum wanita
Allah Swt menjaga wanita dengan beberapa peraturan yang  tidak mengekang.


KEMULIAAN WANITA DALAM ISLAM
1.   Mahar
Mahar adalah syarat pernikahan yang diberikan dari pria kepada pihak wanita sebagai bentuk PENGHORMATAN
2.   Islam melarang menyakiti istri
3.   Suami menjaga dan mendidik istri

Dalam buku ini juga diceritakan bagaimana romatisnya Rasulullah saw kepada istinya sebagai bentuk pemuliaan wanita.

Wanita sholihah akan menjadi kebahagiaan orang-orang sekitarnya:
1.   Kebahagiaan orangtua
Orangtua kan terjaga dari api neraka
2.   Kebahagiaan suami
Wanita sholihah membantu, memotivasi dan mendukung suami menyempurnakan setengah dari agamanya.
3.   Kebahagiaan anak-anak
Anak-anak bahagia mempunyai ibu yang mendidik dan mengajarkan islam yang benar.

Islam juga tidak mengekang wanita dalam beraktivitas. Sebagai contoh, seorang wanita diperbolehkan berkarir seperti bisnis dan lainnya dengan izin ayah atau suami mereka. 

Di akhir buku ini juga diceritakan kisah Ummu Alila dalam bentuk komik singkat. Ummu Alila adalah pemilik Hijab Alila dan istri dari Utadz Felix Y. Siaw.

Share:

Wednesday, 6 June 2018

Wanita Berkarir Surga #1

Hallo Inspirers!
Aku mau berbagi rangkuman isi dari buku Wanita Berkarir Surga. Buku ini ditulis oleh Ustadz Felix Y. Siaw dan tim Hijab Alila. Buku yang penuh dengan visual ini ingin menyampaikan pandangan tentang wanita yang akhir akhir ini menjadi trending topic karena munculnya faham feminisme.

https://www.google.com/
Pada awal buku, penulis mengungkapkan sejarah perlakuan terhadap wanita dari 6 peradaban, yaitu Yunani, Romawi, India, Cina, Arab Jahiliyyah, dan Eropa. Wanita mendapatkan posisi tidak terhormat dan perlakuan menyedihkan pada 6 peradaban tersebut. Pada Masa Yunani wanita dari kalangan bawah diperjual belikan seperti halnya China yang memperjual belikan gadis. Janda di India harus melakukan tradisi sati atau membunuh dirinya sendiri sebagai bukti pengabdian terhadap suami. Eropa membantai wanita karena dipercaya penampung setan dan roh jahat bahkan Arab jahiliyyah (sebelum islam masuk) mengubur anak perempuannya hidup-hidup.

Karena penyiksaan-penyiksaan tersebut, akhirnya kaum feminisme bangkit untuk membela wanita.  Tuntutannya sederhana yaitu “Kesetaraan pria wanita”. Kalau pria boleh, wanita juga boleh. Muncullah gerakan-gerakan feminisme yang berpemikiran liberal, marxis, sosial, dan lain-lain. Feminisme juga menuduh islam mendiskriminasi wanita dengan contoh warisan, poligami, talaq, dan lain-lain. Mereka memandang aturan islam membuat wanita jadi terkekang dan terbelakang.

 Feminisme menghasilkan pemikiran wanita bebas tanpa batas. Wanita dapat bersaing dengan pria dari mulai kekayaan, jabatan, dan aktivitas lainnya. Akibatnya, banyak terjadi broken home (perceraian) karena gugatan dari perempuan. Data dari Puslitbang Kementrian Agama tahun 2016, 70% dari kasus perceraian adalah karena gugatan cerai dari perempuan. Beberapa alasan dominan adalah persoalan ekonomi dan tanggung jawab terhadap anak. Selain itu, free sex pun banyak terjadi karena wanita menganggap pernikahan adalah perkekangan. Eksploitasi wanita pun terjadi dari mulai periklanan, dunia hiburan, dan lain-lain dengan memanfaatkan tubuh wanita yang menarik.

ANTI FEMINISME
Pada faktanya, pria dan wanita memang berbeda.
1.   Otak (Roger Sperry,1962)
Otak kanan kiri pria bekerja sendiri sendiri. Wanita bisa memiliki hingga 30% lebih koneksi antara otak kanan dan kirinya karena korpus kolasum yang lebih tebal dari pria.
Hal itu membuat pria FOKUS dan wanita MUTITASK.

2.   To d’point vs cerewet
Wanita dapat mengeluarka 16.000 kata/hari sedangkan pria 7.000 kata/hari
Pada usia 3 tahun, anak perempuan memiliki kosakata 3kali lipat dari anak laki-laki.

3.   Logika vs emosional
Pria mengedepankan logika karena otak kirinya berkembang lebih lama dibanding otak kanannya. Wanita cenderung emosional karena menggunakan otak kiri dan kanan dengan seimbang sehingga menghubungkan pikiran dan perasaan dalam waktu yang bersamaan.
4.   Tubuh pria dan wanita
Sejak dulu, pria berperan sebagai pemburu dan wanita sebagai pengasuh dan pemelihara. Postur dan struktur tubuh pria wanita berbeda menyesuaikan perannya.

5.   Hormon oksitoksin
Wanita memiliki hormon oksitoksi yang berperan merangsang timbulnya dorongan untuk disentuh dan menyulut reseptor sentuhan. Dengan demikian, wanita 10x lebih peka terhadap sentuhan dan tekanan disbanding pria.

6.   Hormone testosteron
Hormon testosterone melimpah pada tubuh pria untuk menghasilkan oto-otot yang kuat disbanding wanita.

7.   Lemak
16% lemak pada tubuh pria dan 27 % lemak pada tubuh wanita. wanita membutuhkan banyak lemak untuk membuat system saraf dan mengandung DHA (Docosahexaenoic acid).


“Perbedaan-perbedaan pria dan wanita bukan ditujukan untuk bersaing, tapi untuk saling melengkapi”
























Share:
Copyright © Young Inspirer | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com