Penulis : Adrew Matthews
Resensi ini ditulis oleh Usman Abdul Muluk. Mahasiswa Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPB angkatan 2017. IG : @usmanabdulmuluk14
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-Baqarah ayat 155)
Setiap
manusia pasti kan mendapatkan cobaan atau ujian dalam hidupnya. Karna sejatinya
hidup ini adalah ujian, yang jika kita lulus menghadapi ujian tersebut maka
Allah akan menaikan derajat kita. Namun hampr semua orang menganggap bahwa
ujian adalah masa paling sulit dalam hidup, sehingga tidak jarang orang
mengeluh, bahkan ada yang ingin mengakhiri hidup ketika menghadapi ujian. .
Inilah
jawaban dari semua pertanyaan itu. Adrew Matthews menulis buku berjudul
“Bahagia di Masa Sulit” yang telah diterbitkan dalam 35 bahasa di 60 negara.
Buku yang sangat apik (bagus) berisi tentang bagaimana seseorang menjalani
kehidupan ini, menjalani permainan hidup dengan bahagia, bersyukur dan puas.
Buku ini menjawab semua kebutuhan manusia di seluruh dunia, berkenaan dengan
“formula bahagia di masa sulit”. Apalagi semakin bertambahnya zaman, maka
semakin pula bertambahnya permasalahan hidup.
Di
setiap babnya, pembaca akan menemukan karikatur-karikatur indah, menggambarkan
bagian yang sedang dibahas. Dari segi isi, setiap bab akan selalu muncul
kisah-kisah nyata dari seluruh dunia, yang dikirim langsung lewat e-mail oleh
para pelaku kejadian. Sehingga dari situ pembaca akan paham, bahwa ternyata ada
orang yang memiliki problem melebihi saya (pembaca). Namun mereka masih
bertahan hidup dan sekarang mereka menginspirasi orang lain. Kenapa saya
(pembaca) tidak ? Dilihat dari segi bahasa, bahasa yang digunakan ringan dan
mudah dipahami oleh pembaca. Buku ini, praktis dan mudah untuk dipahami serta
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi bahagia dalam segala
hal. Adalah hal yang bisa kita dapatkan.
Buku
“Bahagia di Masa Sulit” terdiri atas 12 bab. Bab 1 menjelaskan bagaimana cara
kita menghadapi serta menerima keadaan. Banyak dari kita yang sekarang
bangkrut, kehilangan pekerjaan, kehilangan orang tercinta atau mungkin sedang
sakit. Kemudian kita berkata, “Aku tidak tahu harus melakukan apa. Mengapa
hidup ini begitu sulit ? Atau kalau bukan karena ini (masalah) saya pasti akan
bahagia.” Maka penulis memberikan beberapa tips yaitu; (1) Kita harus menerima
keadaan. Karena menerima keadaan adalah sumber dari kekuatan (Hal. 2). (2)
Orang-orang yang paling bahagia tidak peduli, apakah hidup ini adil atau tidak.
Mereka hanya memusatkan perhatian pada apa yang mereka miliki (Hal. 11). (3)
Dalam kehidupan sehari-hari orang lain tidak akan mengubah hidup kita. Namun
sebenarnya kitalah yang mengubahnya (Hal. 21).
Bab
2 menerangkan bagaimana kita menaklukkan masalah. Bagaimana satu pikiran
negatif menarik pikiran negatif lainnya. Sehingga ketika memiliki masalah dan
tidak memikirkan solusinya seperti apa. Maka tidak akan selesai suatu masalah
itu. Sebaliknya malah bertambah (Hal. 28).
Bagaimana kita menerima masalah yang terjadi. Sehingga masalah itu akan
selesai dan jalan keluar akan didapat (Hal 40). Bab 3 menjelaskan tentang
kekuatan pikiran dan mengelolanya. Bagaimana pikiran kita menarik segala hal
yang dipikirkan. Karena apa yang kita pikirkan itu yang kita dapatkan. Itulah
yang dinamakan dengan hukum ketertarikan (Hal. 49). Bab 4 dan 5 menjelaskan
orang yang ingin menjadi bahagia itu harus mencintai dirinya sendiri. Kemudian
juga harus pandai memaafkan kesalahan orang lain. Walaupun yang salah bukan
diri kita pribadi.
Bab
6 dan 7 menjelaskan tentang uang dan kekayaan. Dimana dua hal tersebut
merupakan dua faktor dasar yang ingin dimiliki oleh setiap orang. Namun
permasalahan yang terjadi sekarang, mereka mencari dua hal tersebut. Tapi
melupakan yang namanya “kebahagiaan.” Sehingga banyak kita melihat, orang gila
gara-gara harta, orang berperilaku seperti hewan hanya karena uang dan
kekayaan. “Kita menjadi sangat terikat dengan apa yang kita percaya.
Seringkali, kita lebih memilih merasa benar daripada bahagia. Atau lebih
memilih merasa benar daripada kaya (Hal 105).”
Bab
8, 9, 10 dan 11. Penulis menerangkan tahap-tahapan mencapai kebahagiaan dalam
segala kondisi dan situasi. Pertama melakukan terobosan dan memusatkan
perhatian pada apa yang kita inginkan. Kemudian menciptakannya (Hal. 133).Kedua
bersyukur (Hal. 151). Dalam Islam dijelaskan, ketika kita bersyukur maka nikmat
itu akan ditambah. Namun ketika kita tidak bersyukur, maka nikmat itu akan
menjadi adzab atau bencana. Ketiga merelakan atau puas dengan apa yang kita
dapatkan sekarang. Ketika apa yang kita inginkan belum atau tidak bisa
tercapai. Relakanlah sekarang juga ! Kemudian mulailah dengan merasa bahagia
sekarang juga dan selamanya (Hal. 161). Keempat meminta bantuan kepada orang
lain dan kepada Tuhan (Hal. 171). Karena manusia adalah makhluk sosial.
Bab
12, Adrew menutup dengan sub judul “Pentingnya menjadi bahagia.” Sub judul yang
merupakan konklusi dari buku ini. Bahagia itu sangatlah penting, karena itu
adalah hak setiap manusia. Karena bahagia akan menjadikan diri kita bisa
berbagi, berhasil dan sukses dalam menjalani kehidupan ini (Hal. 181).
Sekarang
bila kondisi kita belum bahagia. Atau tidak pernah bahagia. Berarti ada
kesalahan yang terjadi dalam diri kita. Bukan kesalahan dari dunia. Karena
“bahagia” itu adalah hak. Maka kita harus mendapatkannya. Bila masih belum
mendapatkan yang namanya “kebahagiaan.” Maka segeralah miliki, baca dan
aplikasikan intisari yang terdapat dalam buku ini. Selamat bahagia selamanya.
Resensi ini ditulis oleh Usman Abdul Muluk. Mahasiswa Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPB angkatan 2017. IG : @usmanabdulmuluk14